Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Bercermin

Di saat kita bersilaturahmi banyak hal yang kita bisa maknai, yang utama adalah menyambung hubungan dengan saling berinteraksi untuk berbincang kebaikan. Dengan interaksi itu pastilah kedua belah pihak mempunyai kondisi yang berbeda. Ada yang lebih baik dari yang lain. Untuk itu pahami lebih dalam ... Untuk bercermin.
Apa yang mesti dilihat dengan bercermin itu ? Pastilah kebaikan dari orang lain atau cerita orang lain yang kita dengar.
1. Ada sikap untuk menonjolkan diri dan keluarga. Sah-sah saja, maka kebaikannya adalah kita mesti semakin banyak beramal shaleh agar dirahmati Allah derajatnya. Dengan kedudukan yang dirahmati Allah maka kita tidak perlu menonjolkan diri ... Dan malah membuat kita semkin rendah hati dan sederhana.
2. Keyakinan seseorang untuk lepas dari ketergantungan pada hal yang dilarang Allah, misalkan utang. Hari gini nggak utang, mana mungkin. Jika demikian salah dong petunjuk Allah itu. Beriman berarti kita pasti mengatakan petunjuk Allahlah yang benar, maka mohon diberi hati yang terbuka untuk menyempurnakan ilmu hidup tanpa utang bisa kita jalani. Yang pasti kita mesti menguatkan shalat dan ibadah yang lain agar kita semakin kuat bergantung kepada Allah dan semakin kecillah ketergantungan kepada dunia, khususnya utang.
Mari kita melihat sisi kesuksesan seseorang bukan dari hasilnya tapi lihat apakah mereka mengikuti petunjuk Allah atau tidak.

Saya yakin kepada Allah maka saya bertindak

Ada sebagian orang merasa bahwa saat mereka bertindak merupakan keputusan yang didasari oleh pengetahuan yang sudah mereka miliki. Seperti halnya nasehat berikut ini, "mikir dulu sebelum melakukan sesuatu". Begitulah yang menjadi keseharian kita untuk selalu berpikir agar lebih banyak tahu sebelum bertindak.
Mari kita renungkan sejenak tentang hal di atas, apakah betul kita benar-benar tahu tentang apa yang ingin kita lakukan ? "Iya dong", kata kita. Tapi bukankah sebenarnya kita tidak tahu banyak, karena kita hanya tahu sedikit. Itupun ke-tahu-an kita hanya pada proses atau cara yang ingin kita lakukan dan begitu optimis dengan hasilnya. Perhatikan banyak tindakan kita yang salah atau hasilnya meleset.
Di lain sisi jika ditanya, dimana peran Allah ? Tidak ada. Karena kita bertindak atas ilmu yang kita miliki dan kita cari tahu untuk melakukan sesuatu dan sok tahu tentang hasilnya. Semua itu terwujud dalam keyakinan kita, lalu kita bertindak.
Dimana peran Allah sebagai orang yang beriman ? Bukankah shalat dan ibadah kita hanya untuk Allah dan begitu pula dengan hidup kita hanya untuk Allah. Bertindak hanyalah sebagian kecil dari hidup kita yang seharusnya kita persembahkan kepada Allah. Dimana peran allah sebagai orang bertindak dalam implementasi hidup kita kepada Allah ? Kayaknya belum ada. Untuk itu kita melibatkan Allah dalam niat dan doa.
Mari kita merenungkan semua hal di atas agar kita mampu bertindak karena kita yakin kepada Allah Bukan karena kita yakin atau tahu (kepada proses atau hasilnya). Yakin kepada Allah merupakan perwujudan kita beriman. Keyakinan itu mesti diikuti dengan yakin untuk membaca, memahami dan mengikuti petunjuk Allah (bertindak) Al Qur'an.

Antara bersabar atau bermasalah

Kehidupan ini lebih mudah untuk berkata tegas kata kita sih. "Kalau begitu udah aja dibilang kok nggak ngerti-ngerti .... " inikah sikap yang diajarkan nabi ? Insya Allah semua sudah memahaminya, tapi soal memilih mana yang mau diterapkan .. Tetap bersabar yang benar atau mengambil sikap
Kita adalah milik Allah dan orang lain pun milik Allah. Nabi tidak bisa mengislamkan pamannya, tapi apakah nabi mesti tegas terhadap hal ini ? Bisa jadi banyak hal yang tidak kita ketahui dengan skenario Allah, oleh karena itu bukankah semestinya kita mengintensifkan hubungan dengan Allah untuk menemukan jawaban apa yang kita hadapi.
Insya Allah dengan selalu beribadah dan bekerja dengan petunjuk Allah ...kita dibimbing dalam menemukan tindakan yang benar

Percaya dan lakukan atau mengerti baru percaya

Dari sebuah percakapan film anak-anak, ada orang tua yang tak percaya dengan aktivitas anaknya yang bisa terbang. Lalu anaknya berkata, "ayah tak perlu mengerti tapi ayah percaya saja semua bisa terjadi".
Percakapan ini menarik pikiran kami, bagaimana dengan kita beriman kepada Allah ? Bukankah kata beriman itu berarti percaya, lalu lakukan apa yang diperintahkannya. Dalam perjalanan amal kita tadi barulah kita mengerti apa artinya percaya itu dengan bukti-bukti yang Allah tunjukkan lewat hati, mata, telinga dan pikiran. Disinilah kita mengerti bahwa shalat itu bermanfaat bagi kesehatan saat ini tapi zaman dulu orang hanya shalat saja. Begitu pula puasa dan iabdah lainnya baru kita ketahui kebaikannya tapi orang dulu hanya beribadah dan beribadah saja.
Masihkah kita menjadi percaya setelah memahaminya dengan benar. Orang beriman dan beramal shaleh ... Merupakan kalimat yang sering diungkap oleh Allah dalam Al Qur'an. Beriman ... Percaya dan beramal shaleh ... Lakukan saja perintahNya. Allah tidak menyuruh kita mengerti dulu baru percaya. Insya Allah pemahaman ini menjadi kebaikan buat kita dan menjalankannya. Aamiin

Modernisasi Lebaran

Puasa sudah kita lewati, tibalah saatnya bulan syawal hari Lebaran hari meraih kemenangan jika kita mampu berpuasa dengan benar. Sekalipun puasa yang telah kita lakukan banyak pula kelalaian dan belum sempurnanya menahan nafsu, selalu ada optimisme kita menjalani Lebaran dengan suasana yang menciptakannya. Suasana "maaf saya puasa" di saat bekerja dan menghadapi orang yang tidak berpuasa, sahur, berbuka dengan bukbernya, taraweh dengan kajian keislaman, persiapan Lebaran dengan baju dan makanan yang ngangenin dan banyak lagi .... Hal itulah yang mengantarkan kita kepada kePDan menuju hari yang fitri.
Dan semakin sempurnalah Lebaran itu dengan kecanggihan teknologi terutama smartphone. Lebaran yang identik dengan silaturahmi yaitu saling berbalas kunjung dengan saudara atau teman. Silaturahmi itu sudah luntur dengan "silaturahmi" lewat pesan bbm atau pesan what app dan lainnya. Masihkah ada nilai silaturahmi itu ? hanya anda yang tahu. Tidak ada lagi sapaan yang asli ... Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Salam itu kita baca pada pesan dari orang lain oleh kita sendiri dan kita sendiri yang jawab. Bagitu pula tak ada lagi .... bersalaman tangan dengan senyum. Semua itu masih bisa sih diganti dengan emoticon. Yang terakhir ... Kata mohon maaf bukan lagi dari ucapan orang lain kepada kita tapi sekali lagi kita membaca pesan "mohon maaf dari mulut kita sendiri dan kita pun menjawabnya ... Atau ala kadarnya tanpa menjawab". Masihkah ada makna silaturahminya ? Silaturahmi tidak bisa digantikan dengan alat apapun dan hanya silaturahmi jika kita saling berkunjung. Paling tidak menelpon lebih baik daripada lewat pesan. Mari belajar untuk mengembalikan nilai silaturahmi disaat Lebaran. Insya Allah dibimbing dan diberkahi. Aamiin.

Kesadaran kepada Allah

Hanya orang banyak beraktivitas apa yang diperintahkan Allah saja yang mempunyai kesadaran kepada Allah, itupun masih ada rayuan untuk meninggalkan kesadaran itu. Bagaimana denga Anda ? Bisa jadi kesadaran itu ada tapi oesadaran kepada apa yang kita inginkan. Mengapa ? Yang ada di pikiran Anda hanya keinginan yang mesti dicapai. Keinginan Anda banyak tentang kesenangan dunia yang hanya bisa dicapai di dunia. Mumpung masih didunia ya mesti diraih.
Kesadaran kepada Allah memberikan bukan saja kesadaran kepada Allah tapi kesadaran tentang dunia seperti yang Anda inginkan. Jadi mengapa kita tidak meningkqtkan kesadaran kepada Allah ? Mari untuk memperbanyak hal tentang Allah terutama memahami petunjukNya.

Manusia itu suka mengeluh

Mengeluh menjadi dasar setiap manusia, mulai males bangun pagi sampai enggan melakukan sesuatu karena hal sepele. Keluhan itu mulai dari yang kecil sampai yang besar, jika kita terus memanjakannya maka semua itu menjadi kebiasaan dan karakter kita. Yang pasti sangat mempengaruhi produktivitas.
Jadi sifat mengeluh itu bisa berubah asal kita action ya beramal ya bekerja. Memulai langkah awal saja berat tetapi tetaplah action lagi ya beramal terus dan bekerja terus. Maka menghasilkan produktivitas.

Banyak atau berkualitas

Banyak orang sangat ingin mengerjakan amal yang berkualitas, tapi sulit dilakukan. Hari ini merasa berkualitas dan hari berikutnya merasakan yang lebih baik lagi. Jadi apakah ada yang berkualitas itu ? Tidak ada dan yang ada adalah mengerjakan sesuai harapan atau persyaratan yang ada. Harapan atau persyaratan itulah yang menjadi rujukan kualitas kerja. Untuk menjadi berkualitas memerlukan waktu maka kerjakan saja amal itu dan terus membenahi ilmu agar besok menjadi berkualitas.
Dengan kondisi di atas, mengerjakan amal itu secara bertahap menuju semakin baik mengajarkan kita untuk tidak khawatir salah/kurang. Mari berpikir sederhana lakukan saja sesuai ilmu kita miliki dan teruslah membuatnya semakin baik.

Bersyukur

Bersyukur sering kali jadi pijakan saat kita terpuruk, lagi ngga uang ... Bersyukur aja. Padahal perhatikan saat kita mendapatkan kebaikan atau kesuksesan yang sering juga kita ucapkan syukur terhadap apa yang sudah kita raih. Saat itu kita bekerja luar biasa tanpa pamrih. Apa maksudnya ? Ternyata dapat kita jadikan renungan bahwa bersyukur itu bekerja luar biasa
Mari kita sambut puasa dengan banyak bersyukur yaitu bekerja luar biasa sehingga kita mendapatkan kenikmatan yang luar biasa. Hal ini sejalan dengan puasa yang tidak sekedar melawan lapar, haus dan hawa nafsu tapi banyak berpikir sebagai upaya mengalihkan pola pikir puasa adalah melawan nafsu yang tidak pernah kita menangkan bahkan membuat kita capek.

Sabar

Check out @munirhasanbasri's Tweet: https://twitter.com/munirhasanbasri/status/606270198325248000?s=09

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...