Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Jalani saja

Seringkali saat menghadapi masalah kita menjalani sedikit terhambat dalam beraktivitas karena solusinya belum ditemukan. Maka solusinya "membiarkan" masalah itu ada dan mengalihkan kepada aktivitas rutin dan seiring waktu masalah itu selesai. Selesaikah ? Tidak, hanya masalah itu tidak dihadapi lagi dan suatu saat muncul kembali
Jalani saja dengan menghadapi masalah adalah merencanakan dan mempersiapkan solusi yang ada yang dibarengi tekad yang sungguh-sungguh. Lalu jalani rencana dengan solusi yang ada dan lihatlah masalah yang ada semakin kecil.

Pengen beli solar water heater

Pengen beli solar water heater berarti Anda butuh konsultasi yang benar @PemanasAirSolar's Tweet: https://twitter.com/PemanasAirSolar/status/484322304579497984

Bekerja dan bekerja

Tiada hari hidup ini dihabiskan untuk bekerja dan bekerja agar bisa membiayai kehidupan kita. Hampir 2/3 waktu telah disita untuk bekerja dan bisa jadi 90% dari pikiran telah tersita pula, Berpikir sebelum berangkat kerja sekitar 05:00 dan masih berpikir setelah pulang kerja sekitar hingga 20:00 dari hari Senin sampai Jum'at (tapi ada pekerjaan yang sampai Sabtu). Lalu masihkah ada waktu dan berpikir untuk aktivitas lain ? 
Hidup mesti berimbang dan harmonis, artinya tidak mungkinlah hidup kita hanya bergantung kepada pekerjaan semata. Maka imbangi dan harmoniskan dengan aktivitas selain pekerjaan. Memampukan diri kita agar bisa mengisi waktu dengan amal shaleh (akivitas bermanfaat). Yang pasti bekerja dengan benar dan tuntas maka menjadi semakin sempurna dalam aktivitas lainnya.

Ikhlas memurnikan ketaatan

Seorang yang mengalami musibah diberi nasehat oleh temannya,"banyak sedekah dan shalat agàr bisa jadi meringankan musibahmu". Maka nasehat itu dijawab," saya mah sudah shalat dan bahkan  tahajud setiap hari. Sedekah ke anak yatim dan minta didoakan sudah sering dilakukan". Dan dia seperti mempertanyakan "kok bisa ya saya yang sudah shalat dan sedekah bisa dapet musibah seperti ini, bisa jadi Allah mau menguji saya biar tambah imannya".
Bandingkan dengan seseorang yang mengalami musibah yang sama dengan nasehat yang sama pula. Yang dikatakan,"terima kasih ya mas dan Insya Allah saya dimampukan untuk melaksanakan ibadah dan sedekah. Amin".
Silakan Anda yang bisa memaknai dua kejadian di atas. "Sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatanNya (Az Zumar 39 : 2)". Karena kita beriman maka sembahlah (shalatlah dan ibadahlah) dengan diiringi agar iman itu menjadi sempurna dengan amal shaleh .. diantaranya sedekah dan berbuat baik buat semua orang. Lakukan setiap hari dan terus memperbaiki menjadi sempurna. Ya Allah yang Maha Kuasa ... pastilah skenarioMU membawa kami kepada jalan yang lurus dan bimbing kami yang Maha Pemberi Petunjuk. AMIN

Belajar doa lagi

Sejak kecil kita hafal doa sehari-hari. Seiring waktu doa itupun semakin sirna dan hanya tinggal doa pamungkas yaitu doa sapujagat, rabbana atina fidunya ....
Doa itu adalah mohon perlindungan dan izin mendapatkan kebaikan. Kalo ditanya doa saat bercermin ? Lupa tuh. Bayangkan sejak bangun pagi kita sudah diajarin berdoa sampai mau tidur lagi. Jadi sepanjang hari kehidupan kita selalu dilindungi oleh Allah. Mari belajar berdoa lagi .. sperti waktu kita kecil dengan mengulang-ulang setiap hari. Insya Allah kita memperoleh kebaikan dan selalu dalam lindunganNya.

Begitu indahnya kebersamaan

Dibanyak spanduk "kebersamaan itu indah" terpampang di jalan sebagai ajakan untuk menghadapi atau antisipasi kejadian yang tidak diinginkan. Sebuah nasehat yang baik.
Kebersamaan itu terjadi setelah ada ketidaksamaan dalam pandangan. Tidak bisa dipungkiri bahwa berbeda pandangan itu pasti terjadi karena latar belakang yang tidak sama. Maka setiap orang mesti berprasangka baik agar bisa berempati dan saling memahami. Bagaimana jika pesan  di atas kita ganti ... "indahnya berprasangka baik pada sesama"

Saking emosionalnya

Puasa mengajari kita menahan atau mengendalikan nafsu kita menjadi kebiasaan, tapi semua itu sirna dengan lebaran sebagai pengecualian yang sangat besar. Seakan-akan kita meminta maaf pada diri kita untuk melanggar dengan meleburkan diri untuk larut melepaskan kendali emosi dengan makan selama lebaran ...mumpung ada.
Gejala ini terjadi pada diri kita dalam kehidupan ini. Selalu ada keinginan untuk pengecualian yaitu memaafkan saat kita telah banyak berbuat kebaikan lalu "menghalalkan" dengan yang tidak baik kita lakukan sekali. Tapi renungkanlah bahwa bisa jadi satu hal yang tidak baik itu menghapus kebaikan yang banyak yang telah kita lakukan. Bukankah ini penyesalan yang luar biasa atas hal tidak baik yang kita lakukan. Jadi bersabarlah dengan terus melakukan hal baik dan bersabar pula atas godaan untuk melakukan hal yang tidak baik.

Alias

Alias adalah nama lain dari seseorang, saat menikah atau meninggal nama kita selalu ada binti (nama orang tua). Tradisi ini terus terjadi.
Bisa jadi kami memaknainya bahwa nama orang tua disebutkan untuk menunjukkan nama orang tua masih menjadi peran dalam kepribadian kita, mulai dari akte lahir sampai kematian. Maka jadilah apa yang dimaksud agar menjadi kebanggan orang tua

Memohon maaf ... dan terjadi lagi

Memohon maaf merupakan sikap baik yang mesti dijalankan karena kita bukan manusia sempurna. Terus yang pertanyaan adalah kita meminta maaf saat orang lain yang memberitahu BUKAN kita sendiri yang berinisiatif untuk mengetahui terlebih dahulu. Apa akibatnya ? Biasanya kita mohon maaf seperti agak terpaksa, bisa jadi kita tahu salahnya tapi dalam hati bilang,"orang itu memang tidak suka aja sama saya". Kondisi ini tidak sejalan tahu kesalahan dengan kesadaran atas kesalahan sendiri, maka biasanya kesalahan itu terjadi lagi.
Terus gemana ? Indikasi kesalahan dari orang lain itu bagus asal kita bisa menerima dengan ikhlas (karena seringkali kita cenderung merasa benar menurut kita) atau dengan sengaja kita sendiri yang mengevaluasi tindakan salah atau betul. Inilah langkah untuk memperbaiki kesalahan kita dan dilanjutkan dengan kesadaran hati untuk menerima kesalahan itu sebagai proses menuju kesempurnaan. Maka munculnya dorongan untuk tidak mengulanginya lagi. Akhirnya memohon maaf adalah langkah sempurna untuk membersihkan hati menuju keadaan yang semakin baik.
Renungkan jika memohon maafnya kepada Allah swt, maka situasi yang benar mesti kita bangun untuk selalu memohon maaf tapi tidak hanya lisan dalam doa saja. Yang terpenting adalah secara ilmu kita tahu salah yang kita perbuat. Gemana tahu salahnya ? Banyak membaca dan memahami Al Qur'an sebagai referensi mutlak kebenaran yang petunjuk untuk mengetahui kesalahan kita.

Tidak ada yang menarik Anda Kecuali ...

.... Sesuatu pekerjaan yang menambah nilai bagi diri kita dan bermanfaat bagi orang lain. Jika dicek apa yang telah kita lakukan adalah 70% kita mengerjakan sesuatu yang tidak menambah nilai diri dan bahkan tidak memberi kemanfaatan bagi orang lain. Perhatikan kita lebih banyak mengomentari sampai maksimal berempati, tapi sedikit sekali kita berbuat ikhlas untuk mengerjakan sesuatu yang bernilai nyata (bukan sekedar solusi lisan).
Untuk mendapatkan hal yang menarik bagi kita, maka hadapi setiap detik kehidupan yang kita jalani dan berbuat sesuatu yang nyata bagi kita dan orang disekitar kita. Menyapa, tersenyum, bersilaturahmi dan beramal shaleh sesuai sesuatu yang dihadapi saat itu kepada siapapun yang kita temui.
 

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...