Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri
Showing posts with label motivasi diri. Show all posts
Showing posts with label motivasi diri. Show all posts

Katanya mau

 Katanya mau .... bagaimana caranya ? Jawab dan jalani. Seringkali kita bertanya dan menjawab tapi tidak dikerjakan. Maka yang muncul pertanyaan lagi dan kita pun tidak yakin dengan jawabannya, akhirnya hanya sebagai tanya-tanya aja. Hati-hati jika kita bertanya dengan kata awal mengapa ? Karena pertanyaan mengapa membawa kita mencari alasan tapi tidak membawa kita kepada tindakan.

Katanya bisa bermakna keinginan untuk melakukan sesuatu atau meraih sesuatu. Ada yang salah ? Mestinya tidak ada yang salah, dan boleh saja membuat pernyataan "katanya ..." Katannya mau ... hampir semua orang bilang mau. Mau apa ? mau sukses atau mau itu dan ini. Kata mau sudah cukup bagi orang tertentu untuk melakukan tindakan, tapi perlu dorongan kuat lagi untuk mewujudkannya

Dalam sehari-hari banyak yang mau, tapi belum tentu melakukannya. Bisa jadi maunya itu masih berada dalam pikiran kita. Dan pikiran memutuskan untuk bertindak, apa untung dan ruginya ? Kalau pikiran kita dominan memikirkan untung, maka cenderung kita melakukannya. Tapi sebaliknya jika kita fokus kepada rugi, maka kita tidak mengerjakannya. Solusinya sederhana, berikan input hal-hal yang menguntungkan tentang apa yang kita mau, bisa lewat berita, buku, pelatihan dan banyak sumber lain.

Apa yang terjadi jika katanya mau tadi dominan oleh perasaan ? Perasaan memiliki 2 sisi, nyaman dan tidak nyaman  atau enak/ringan mengerjakan atau berat mengerjakannya. Jika maunya kita itu didominasi perasaan tidak nyaman, maka kita tidak ingin bergerak, nyaman dengan situasi sekarang. Sebaliknya perasaan nyaman menjadikan kita tergerak untuk mengerjakannya.

Katanya mau masuk syurga, kok nggak deket atau belum banyak mengerjakan yang Allah mau. Tetap mau kan beriman dan beramal saleh ? Fokuskan hati kita yang didukung dengan ilmu (logika) dan perasaan nyaman. Perbanyak baca Al Qur'an, berteman dengan orang saleh, menyempurnakan amal saleh dan membiasakannya.

Insya Allah katanya mau, sisihkan waktu dan
dapat kita kerjakan. Mulai hari ini tentang hal kecil. Hari berikutnya dikerjakan lagi dan lagi. 

Katanya mau dapat hasil

Katanya mau dapat hasil, apa iya bisa tanpa kerja keras yang luar biasa ? Kata orang memang mesti kerja keras, lalu kerja cerdas dan kalau bisa kerja ikhlas. Apa mungkin apa yang kita inginkan itu terjadi ? Tergantung kerjanya. lalu bagaimana kerjanya ? sudah maksimal, tapi ada hasilnya
Kerja ya pasti kita kerja, yang menjadi pertanyaannya, apakah kita tahu pasti apa yang seharusnya kita kerjakan ? Untuk itulah kita selalu ingin cepat dicapai, jadi kerjanya yang besar. Dalam kerja yang besar pasti banyak hambatan dan masalah. Lalu gemana ? Kita butuh semangat untuk kerja, dan semangat itu kalau lebih besar dari kerjanya (yang detail dan mudah), maka semangat menjadi bertumbuh. Yuk kita detailkan kerja yang mesti dikerjakan dengan baik.
Apa iya juga kita bisa berhasil ? Segala sesuatu pasti izin Allah, maka selain mesti menyempurnakan kerja kita dengan ilmu yang bener, maka kitapun melakukan kerja hati yang meminta Allah mengizinkannya. Maka kerja ikhlas itu menjadi hal utama agar dirahmati Allah
Insya Allah kita diberikan kesehatan agar mampu melakukan kerja yang konsisten. Dan dibimbing untuk ikhlas dan istiqamah. Aamiin

katanya mau sehat

Katanya mau sehat, tapi kok aktivitasnya begitu begitu aja, tidak semakin berkualitas. Padahal apa yang kita hadapi semakin besar, apa kuat tubuh kita ? Apa siap pikiran kita ? Apa mampu kendalikan emosi kita ? Apa iya kita bisa sabar ? Semua pertanyaan tadi mengajak kita untum semakin beraktivitas yang lebih baik dan semakin sehat.
Sakit ? Nggak sukalah. Tapi bisa sakit. Kalau begitu nggak perlu panik dan bersikap buruk. Sakit dan sehat seperti 2 sisi mata uang yang bergantian hadir. Saat sehat  bekerjalah maksimal dan saat sakit, kita mesti berprasangka baik sehingga kita merasa bersyukur. Bisa menghapus dosa dan menjadi semakin baik. Jadi tetaplah kerja yang maksimal sekalipun sakit.
Sakit ya ke dokter dong. Iyalah sebagai upaya untuk sembuh. Sembuhnya kapan ? Sakit pasti ada waktu, artinya waktu sembuhnya sudah tertentu. Mau dicepetin nggak bisa jadi bersabarlah karena semua itu proses yang mesti dilalui.
Katanya mau sehat, yuk selalu meningkatkan aktivitas dan amalan yang baik agar Allah merahmayi kehidupan kita. 

Semangat yang melemah

Keseringan saya "malas" alias semangat melemah, padahal sebelum betul-betul semangat. Apa sih yang terjadi ? Memng kebiasaan saya cenderung malas, maunya hasil cepat dan sedikit perbuatan .. dan milih-milih lagi yang mudah dan cepat. Misalkan saya ingin menulis motivasi, apa iya saya sendiri kurang termotivasi ? Menulis sih, tapi apa ya ? apa yang ingin ditulis tidak muncul ...lama di komputer mengundang saya untuk melihat yang lain browsing. Akhirnya tulisan yang hanya beberapa kalimat pun terhenti.

Ada lagi, karena hobi saya memasak. Pengen banget masak yang sehat. Motivasi yang bagus saya bersemangat ke pasar membeli bahan-bahannya. Seampai di rumah terasa capek ... mau cuci-cuci bahannya diundur dan beberapa lama kemudian belum juga di cuci. Masak pun jadi malas.

Soal ibadah juga sering begitu, sudah waktunya shalat Zuhur. Sudah tahu mesti segera shalat tapi karena sambil kerja yang lain shalatpun ditunda. Atau terkadang kondisi fisik yang kurang oke ... shalat pun ditunda. Ada kala saya segera shalat tapi shalatnya "pengen buru-buru selesai" dan ada shalat itu rada oke tapi waktunya sudah lewat waktu. Seperti tidak ada semangat untuk shalat.

Apa yang saya perbuat ? Saya merasakan semangat awal yang besar TIDAK diikuti dengan ilmu yang benar. Maksudnya ilmu adalah tidak ada prasangka yang baik terhadap semangat itu. Adakah ilmu tentang apa yang saya semangati ? Jika ada maka semangat saya diperkuat dengan ilmu berupa prasangka baiknya. Misalkan semangat menulis itu ada, maka ikuti semangat itu dengan prasangka baik tentang kebaikan dari menulis itu seperti berbagi ajakan kebaikan, amal saleh yang bisa jadi dibutuhkan orang yang belum mengetahuinya. baiknya menulis sebagai cara belajar/memahami ilmu Allah, dan banyak lagi. Semua itu tidak datang begitu saja sebagai prasangka baik kepada Allah, maka saya mesti belajar tiap hari setiap saat. Tanpa belajar petunjuk Allah, maka prasangka saya tidak tumbuh dengan baik untuk mendukung semangat saya. Bayangkan saat saya bersemangat menulis diikuti dengan prasangka baik kepada Allah maka semangat itu semakin bertumbuh sebagai upaya saya untuk beramal saleh. Prasangka baik itu ada dalam imajinasi saya. Imajinasi yang semakin kuat membuat emosional saya merasa senang (terlihat jelas) apa yang ingin saya tulis MESTI segera menulis (kalau tidak, banyak godaan yang menghalangi menulis itu terjadi). 

Contoh dalam semangat memasak agar terjadi dan tidak ditunda-tunda. Maka saya mesti memiliki prasangka baik dari petunjuk/ilmu yang benar. Petunjuk/ilmu berprasangka baik itu tidak terjadi jika saya tidak belajar. Belajar hikmah masak, bukankah masak itu bukan perkara wanita yang memasak. Tidak ada yang melarang laki-laki memasak dan jika saya lakukan dengan ikhlas maka memasak saya menjadi bagian yang menyenangkan. Saat masak saya mengolah makanan sambil berzikir, maka masakan terasa dimasak dengan hati ... rasanya nikmat. Prasangka baik berupa imajinasi memasak itu menjadi sangat menguatkan semangat. Bersegeralah memasak untuk mewujudkan prasangka baik itu (imajinasi kebaikan). Prasangka baik itupun bisa berupa hasil masak sebagai amal saleh yang sya persembahkan kepada keluarga.

Semangat dan Prasangka  baik

Begitu saya menyemangati diri saya untuk menguatkan semangat karena saya percaya dan yakin kepada Allah. Saya beriman dan saya beramal saleh. Iman yang ada di hati ini sebagai hidayah dari Allah mesti diikuti dengan ilmu dari Al Qur'an. Belajar ilmu dan petunjuk Allah dari Al Qur'an wajib juga saya pahami dan amalkan untuk menyakinkan (menguatkan) semangat yang tumbuh untuk beriman yang sebenarnya. Proses belajar itu membentuk prasangka baik yang terjadi dalam imajinasi yang baik. Insya Allah iman yang dihati ini bisa semakin kaya dengan semangat karena Allah dan menjadi nyata dalam amal saleh. Belajar itu wajib setiap hari agar saya mampu meneruskan semangat yang Allah hadirkan di hati ini. 

Semangat dan harapan

Selamat pagi semua, Insya Allah hari ini diberikan kemampuan untuk terus bekerja dan berkarya bagi banyak orang. Rasa syukur itu karena kita dapat merasakan kebaikan (potensi atau nikmat) yang Allah berikan kepada kita. Semakin besar wawasan dan hati dapat melihat nikmat Allah, maka hanya pujian untukMu ya Allah. 

e-Book "Semangat Kerja yang Konsisten", kami tulis dari pengalaman menemukan semangat yang sebenarnya. Awal sebagai karyawan, kerja selalu ada semangat. Semangat karena ingin mendapatkan sesuatu (keinginan). Maka sikap ingin tahu dan belajar terus menjadi bagian dalam kerja. Terkadang untuk proses meningkatkan kemampuan ini mesti mengeluarkan biaya sendiri. Tak mengapa. yang penting terus melakukan sehingga kemampuan saya siap untuk menerima amanah yang lebih besar/hebat.

Keadaan di atas menumbuhkan harapan agar bisa terwujud. Kemampuan atau keinginan kita adalah tujuan yang ingin dicapai. Harapan atau berharap adalah bagaimana saya memohon kepada Allah tujuan yang ingin dicapai dapat terjadi. kemampuan atau keinginan itu adalah rezeki yang Allah berikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Jadi mengapa saya mesti berharap kepada Allah karena Allah yang mengizinkan dan meridhainya. 

Apa yang terjadi dengan harapan saya ? Saya menciptakan tujuan yang saya inginkan. Bisa saja Allah mengabulkan harapan saya. Tapi yang menjadi pertanyaan adalah 

1. Apakah tujuan yang saya inginkan itu sesuai dengan keinginan Allah ?

2. Saat saat memiliki tujuan, maka saya merencanakan kerja tertentu. Nah kerja yang sudah saya rencanakan itu juga, apakah sesuai dengan aturan Allah ?

kedua hal inilah yang bisa membuat kita sering bertanya, kok doa dengan berharap kepada Allah belum dikabulkan ? Bisa karena alasan apapun, tapi jika mau introspeksi diri ... maka periksa tujuan dan kerja kita, apakah sesuai dengan kehendak Allah atau apakah Allah meridhaiNya ? Bayangkan jika tujuan dan kerja yang ingin saya lakukan itu diridhai Allah, maka harapan itu lebih dekat menjadi nyata.

Hati-hati sebuah keinginan (nafsu) cenderung kepada kejahatan (keburukan) kecuali keinginan yang dirahmati Allah (QS Yusuf, 12 : 53). Ada hikmah yang dapat saya ambil :

1. Keinginan yang tidak diridhai Allah (karena nafsu ... pengen karena melihat orang lain punya dan sebagainya). 

2. Akibat dari point 1, membawa dampak kepada kerja (tindakan) yang buruk.

3. Sebaliknya jika Allah meridhai keinginan saya, Insya Allah saya dibimbing untuk meraihnya dengan kerja yang baik.



Tulisan ingin mengingatkan saya sendiri untuk selalu memahami petunjuk Allah dan menerapkannya dalam kehidupan nyata. Semangat adalah motivasi yang mendorong saya untuk bergerak meraih apa yang saya inginkan.

Saat saya memiliki keinginan, maka sepantasnya saya mesti melihat referensi Al Qur'an untuk menguji apakah keinginan saya sesuai petunjuk Allah. Atau keinginan saya itu saya sampaikan kepada Allah dalam doa saya. 

"Ya Allah, sesuai ilmu dan pemahaman saya sampai saat ini. Saya memiliki keinginan A. Saya mohon kepadaMu jika keinginan A saya ini Engkau rahmati berilah kepada saya petunjuk berupa kemudahan dan jika Engkau tidak merahmati keinginan A saya maka berilah petunjuk kepada saya agar dilupakan atau disusahkan. Jika Engkau berkenan berilah saya petunjuk menuju keinginan terbaik dari sisiMu untuk saya dan lancarkan saya untuk menjalaninya"

Insya Allah kita selalu diberi hati yang mampu memahami petunjuk Allah dan mampu menjalaniNya. Aamiin

Dari staf menuju direktur

Sampai saat ini saya sudah bekerja lebih dari 30 tahun, mulai selepas kuliah tahun 1990. Memulai kerja di Federal Motor, dimana pabrik tempat pembuatan motor Honda. Disana saya bekerja dan belajar dengan berbagai training dan proyek yang mesti diselesaikan. Proyeknya pun merupakan masalah di pabrik dan rencana perbaikan proses produksi. Jadi saya merasa nyaman bekerja ... dan lumayan waktu itu sampai dapat bonus 5 kali gaji.

Pengalaman ini berkesan kuat bagi saya untuk meniti karir selanjutnya. Hanya 1 tahun dan sudah diizinkan menjadi asisten manager Service Electrolux selama 3 bulan pertama. selanjutnya saya menjadi Manager Service Electrolux. Tidak terpikirkan oleh saya bagaimana mengembangkan amanah itu ? hanya bermodalkan perilaku selalu ingin belajar, saya jalani tugas itu dengan baik bersama team teknisi.  Capaian yang bagus waktu itu dimana kinerja service center mencapai kepuasan yang tinggi di atas 97%. 

Tak lama setelah itu saya menimba pengalaman menjadi sales dan marketing manager. jabatan yang belum pernah saya tekuni dan dasarnya pun tidak ada. Beruntung saat itu saya disupport penuh oleh atasan saya waktu itu untuk belajar. Saya mengikuti training sales dan marketing ... Alhamdulillah saat itu saya mewakili indonesia menjadi the best selling in the world untuk produk insectkiller dari Inggris. Indonesia saat ini tidak termasuk hitungan penjualannya dan dalam 1 tahun bisa langsung juara 1. Ini pengalaman yang luar biasa buat saya dengan ilmu salaes yang nol dan mampu mengembangkan penjualan menjadi besar. Disisi lain saya pun mampu meningkatkan 4 kali penjualan Clarke untuk mesin cleaning dari USA, karena keberhasilan itu saya dikirim untuk belajar langsung marketing di USA selama 2 minggu. Semua itu saya syukuri karena saya senang belajar dari pekerjaan.
Setelah itu saya meniti karir di SANKEN sampai sekarang, kembali ke basic menjadi service manager sampai saat ini memegang amanah direktur customer care. Pekerjaan saya saat ini menangani service center, call center, training, technical & sales untuk solar water heater. perjalanan yang panjang. sekali lagi saya jalani dengan sikap positif, melihat yang tidak nyaman terhadap pekerjaan yang diberikan menjadi sesuatu tantangan untuk dibuktikan saya bisa mengerjakannya. Belajar otodidak.

Dalam perjalanan kerja itu pun saya membekali diri untuk selalu belajar agama dan saya pernah memberikan pelatihan "kesadaran spiritual" untuk umum dan perusahaan. Semua itu saya jalani di waktu libur Sabtu dan Minggu. Pelatihan ini begitu banyak saya lakukan sampai lebih dari 50 kali dengan berbagai peserta. Pengalaman ini mengantarkan saya semakin profesional dalam pelatihan mulai dari mendisain pelatihan dan pengukurannya. Alhamdulillah saya pun bisa melakukan pelatihan outbound.

Di Sanken saya pernah membuat sekolah teknisi dalam 2 periode, dan hasil pelatihan itu sudah membuat pesertanya sudah menjadi manager saat ini. karena pengalaman sekolah itu, saya pun memunculkan sekolah SPG untuk kebutuhan SANKEN.

Itulah perjalanan karir saya dengan kemampuan berbagai bidang, sales, marketing, pr, services, customer care, pelatihan dan motivasi, spiritual training dan bidang terkait. Pengalaman ini saya tuangkan dalam bentuk e-Book ... tentang kerja dan ibadah. 

semoga e-Book "Semangat kerja yang konsisten" dapat memberikan wawasan baru buat Anda yang membaca bukunya yang dapat diperoleh gratis di slideshare. 

Semangat itu memiliki energi

Temen saya bilang,"kok kerjanya males banget seperti nggak ada energinya" .. Kita sering menemukan orang kerja apa adanya, "yang penting kerja dan selesai". Jika kita perhatikan raut muja orang yang seperti itu "kurang enak dilihat" seperti terpaksa kerjanya.

Saya menyebutkannya orang tidak bersemangat. mengapa tidak bersemangat ? Saat itu mereka tidak percaya dan tidak yakin dengan harapan yang ingin diraih. Apakah mereka memiliki harapan atau target ? Ada tapi tidak yakin dapat diraih. Kok bisa ? karena apa yang sudah diraih sampai saat itu belum menunjukkan tanda-tandanya. Hasil-hasil yang diperoleh meragukan mereka tentang hasil atau bahkan mereka ragu dengan apa yang dikerjakan. Maka terjadi kerja yang seadanya. Akibatnya ? Mereka mudah capek dan tidak bisa berpikir lebih baik dalam kerja ... emosional jauh lebih dominan.
Apa yang seharusnya bisa dilakukan ? Temukan harapan kita. Bukankah kita sudah memiliki harapan, terus apanya yang dicari ? Harapan itu ada di pikiran kita, terus kita bertanya siapa yang dapat memenuhi harapan itu ? Siapa yo ? Bos kita di perusahaan .. bisa jadi tapi bisa juga ingkar janji. Sebaiknya harapan itu digantung kepada zat yang memberi janji yang benar, yaitu Allah.
Bagaimana kita melibatkan Allah dalam kerja untuk bersemangat ? Bayangkan saat kita mengalami maslah dalam kerja, bukankah kita minta tolongnya sama Allah. Saat itulah ada harapan dan timbul semangat. Apa yang terjadi ? Kita tersambung dengan Allah yang membuat kita sadar ... lalu menemukan zat yang memberi harapan pasti (benar). Karena kita percaya dan yakin, maka Allah hadirkan semangat untuk berbuat. Semangat ini menjadi sebuah energi positif untuk kerja. Saat kerja itu diteruskan dengan petunjuk Allah maka energinya terus bertambah dengan banyak ide dalam kerja. Kerjanya semakin kaya. Tidak ada lagi tidak semangat. 
Temukan semua tentang semangat di e-Book "Semangat kerja yang konsisten". e-Book ini gratis berisi 209 halaman dan dapat diperoleh di link berikut My presentations (slideshare.net)

SEMANGAT PAGI

Anda pernah mendengat kata "Semangat Pagi" yang berarti memberi semangat pagi dalam situasi apapun. Biasanya "Semangat Pagi" sering didengungkan dalam briefing atau training yang tidak lain untuk membakar semangat dalam kerja.
Apapun kabar kita hari ini, tetap Semangat Pagi. Tapi faktanya setelah itu semangat kita menurun ... karena nggak tahu apa yang mau dikerjakan. Ada sih kerjanya tapi tidak mendorong kita melakukannya. 
 
Apa yang seharusnya kita lakukan ? Semangat yang sudah ada itu hanya butuh kerja, dan kerja itu butuh rencana yang baik. Maka kerja tanpa rencana melemahkan semangat dalam perjalanannya.
Sudahkah Anda memiliki rencana kerja hari ini ? Rencana sih tidak perlu yang muluk-muluk, cukup apa yang ingin dikerjakan hari ini, kapan dan bagaimana caranya.
Dalam rencana yang baik mesti diukung tubuh yang sehat agar dapat mempertahankan semangat itu selalu hadir. Dalam e-Book "Semangat Kerja yang Konsisten" dapat ditemukan wawasan tentang Semangat Kerja. Tidak hanya sekedar semangat tapi semangat yang luar biasa

E-Book dengan komunikasi 2 arah

Waktu saya membeli buku atau E-book seringkali tidak mendapatkan maknanya. hal ini terjadi karena saya membaca dan menafsirkan sendiri. Itulah yang terjadi pada banyak orang. Ada juga yang sudah disediakan komunikasi tapi nggak berani.

E-Book "Semangat Kerja yang Konsisten" tidak hanya memberikan bacaan tentang Semangat, tapi juga didukung dengan file power point dan E-Book untuk latihan. 3 in 1 E-Book dan menjadi 4 in 1 dengan komunikasi 2 arah agar pemahaman dari Semangat itu tercapai dan bisa diinstall pada diri pembaca. 

Bicara tentang Semangat, sudah banyak orang memahaminya. Tapi apakah Anda sudah mencarinya ? atau Anda sudah menemukan semangat itu sendiri ? Kebanyakan orang hanya menciptakan semangat itu dari tujuan atau keinginan. Sedangkan tujuan dan keinginan itu relatif terhadap waktu, apalagi waktu pencapaiannya lama sehingga membuat Anda merasa berat karena banyak hambatan. Atau banyak tujuan yang lebih menarik sehingga semangat untuk tujuan sebelumnya menjadi rendah.

E-Book ini dapat diorder dengan pesan WA di 087823659247 dengan harga Rp 50.000 saja. Setelah pembayaran, kami segera mengirimkan filenya. Atau kami kirim file E-Book dan selanjutnya Anda boleh transfer.


Jalan menuju Semangat Kerja yang Konsisten

 Alhamdulillahirabbilalamin. Saya sudah dapat mewujudkan e-book yang menempuh perjalanan yang panjang dan lama. Hanya karena izin Allah semua itu terjadi. Saya menulis e-book ini dalam waktu yang lama sekitar 5 tahun, entah kenapa ? Tapi itulah faktanya.

Untuk mewujudkannya saya sudah banyak meminta teman-teman untuk memberi komentar materinya. Mereka bilang,"oke". Lalu saya tulis, setiap selesai menulis sayapun membaca kembali tulisan itu ... "kayaknya nggak bagus, kurang sempurna". Akhirnya e-book itupun nggak pede untuk dipublikasi. 

Agar e-book itu menjadi nyata, maka saya juga belajar kursus menulis dari online dan offline. Beberapa buku saya baca ... kesungguhan saya dalam menulis baru mulai terjadi karena ada desakan untuk melakukannya. Mulailah e-book ini membuat saya lebih pede. 

Dalam ilmu media sosial mulailah saya pasarkan. E-book ini ingin membuka wawasan tentang dunia kerja yang seolah nyambung dengan agama, tapi kenyataannya tidak tersambung dengan benar. Saya kerja cari uang dan saya juga shalat sebagai hamba Allah.

Saya sendiri protes dengan pola kerja yang saya jalani. Saya kerja cari uang, tapi saya shalat. Cari uang tidak menunjukkan saya beriman kepada Allah. Bukankah seharusnya saya kerja untuk Allah ?? dan kerja saya adalah langkah amal saleh dari iman saya kepada Allah.

Kerja sayapun disemangati karena hal keduniaan, seperti saya semangat karena kerja saya menghasilkan uang atau saya bersemangat karena saya ingin memenuhi kebutuhan keluarga. Dimana Allahnya ? Saya menempatkan Allah saat saya membutuhkan pertolongan.

Mari kita renungkan ... Allah mestinya tempat kita bergantung apapun dan yang utama (pertama). Saya beriman saya kerja.

E-Book Semangat kerja yang konsisten

Bismillahirrahmanirrahiim, Insya Allah rekan-rekan terus diberi kebaikan hari ini dan diberikan kemampuan untuk mengerjakan kerja dan aktivitas dengan baik.


Saya ingin berbagi dalam beberapa E-Book tentang kerja dan keyakinan kepada Allah (beriman). Mungkin Anda bilang,"selama ini saya sudah beriman (shalat dan sedekah) dan juga kerja". Tapi apakah iya ? Benar kedua hal itu sudah dikerjakan, tapi seperti apakah hubungannya ? Apakah saling terpisah atau terhubung ? pastilah Anda bilang terhubung, "saya shalat agar kerja lancar, berdoa juga".

baiklah untuk menguji hubungan iman dan kerja, perlu kita cek tentang apakah iman kita bertambah dengan kerja yang kita lakukan ?

1. Bertambah baikkah iman kita (shalat semakin khusyuk dan sedekah makin banyak) dengan kerja yang kita lakukan ? Bagaimana dengan waktu shalatnya, apakah tepat waktu ?

2. Sama halnya jika ibadah (iman) kita semakin meningkat, apakah kerja kita semakin produktif ?

Dua pertanyaan di atas menjadi ukuran keterikatan antara iman dan kerja. Memang kita kerja cari nafkah (rezeki), tapi dimana efek ibadah (iman) nya ?

Kami memberanikan diri untuk mengharmoniskan keduanya, dari satu judul ke judul E-Book merupakan buah pikir dan pengalaman kerja. E-Book pertama ini mengajak kita menjalani sebuah kerja atau aktivitas dengan dorongan yang benar. "saya beriman maka saya bersemangat".

Semangat menjadi energi awal kita bisa mengerjakan sesuatu. Darimana semangat itu bisa hadir ? Apakah mesti dicari atau dihadirkan ? atau semangat itu merupakan respon dari pikiran kita. Semoga pada tulisan berikutnya kita bahas lebih detail tentang semangat kerja.


Bukan Ujian keimanan

Banyak kejadian yang sudah kita lewati, salah satunya kita sering bilang,"ini adalah ujian". Ujian apa ? ujian keimanan kita. Apakah salah kita mengatakan ini ? Tidak salah sih. Mari kita dalami dulu makna ujian keimanan, menguji keimanan kita. Umumnya ujian itu sesuai keimanan seseorang. Semakin tinggi iman seseorang semakin tinggi pula ujiannya. Apakah benar iman kita sudah siap diuji oleh Allah. Contoh, kadang orang bilang,"sakit itu ujian". Apa yang terjadi jika makna itu benar ? Yang pertama adalah kita yang merasa diuji tadi, merasa iman tinggi mau dinaikkan sama Allah. Apakah kita semakin beriman dengan sakit tadi ? Jika iman kita sudah siap diuji maka sikap kita mesti baik terhadap ujian itu.
Apa yang kita lakukan saat sakit ? Biasanya aktivitas kita menurun dan mulai mengeluhkan kondisi yang semakin lemah. Apakah ini yang kita bilang ujian iman, dimana iman kita ? Bukankah jika iman itu sudah ada memiliki sifat dan karakter yang baik, diantara kita bisa menerima dengan ikhlas ketetapan Allah (sakit tadi). Tak hanya itu jika kita sakit kita cenderung dan fokus untuk berobat lebih dulu dan sangat mengandalkan obat agar sembuh. Dengan apa yang kita lakukan di atas, dimana iman kita ? dimana kita menempatkan Allah dalam masalah sakit ini ? Disinilah kita mulai berpikir dan introspkesi diri
Bisa kita bayangkan .... bisa kan sakit tidak diizinkan Allah karena kita menjaga kesehatan dengan makan yang sehat. Kita bekerja melebihi waktunya sehingga tubuh tidak mendapatkan istirahat. lalu bisa juga kita memang melalaikan pola pikir negatif sehingga tubuh mengikuti pola negatif. Atau memang kita tidak tahu cara hidup sehat dan tidak mau juga belajar. Jika ini yang terjadi maka apakah ini yang disebut ujian keimanan ?
Bagaimana dengan masalah hidup ? musibah dan sejenisnya ... masihkah kita berpikir kita diuji imannya. Saya mulai berpikir memang itu ujian, tapi ujian apa ? Sakit mengingatkan kita diuji, apakah kita sudah bersyukur dengan nikmat sehat ? Sudahkah kita menggunakan pikiran untuk menjalani hidup sehat atau mengabaikannya ? apakah kita bersyukur dengan tubuh yang sehat dengan memperbanyak ibadah dan amal saleh atau melalaikan (kufur) dengan nikmat Allah itu dengan tidak mentaatinya ? Jika pola pikir kita seperti ini membuat kita lebih sadar dan sesuai memang kondisi kita, maka kita pun menjadi mau berubah menjadi semakin baik (tidak merasa iman kita yang sudah baik).
Apapun sikap kita menghadapi sakit dan sejenisnya ? Yang terpenting kita semakin sadar kepada Allah dan kembali kepadaNya untuk menghadapinya bersama Allah. Hal inilah yang menjadi kekuatan kita untuk meningkatkan iman kita.  

Banyak orang sibuk ...

Sepanjang tahun ini ada satu hal yang menarik dan seperti berulang dari tahun ke tahun adalah selalu membuat rencana atau sering dibilang membuat resolusi. hanya sedikit orang dari awal tahun yang mampu meraihnya. Bagaimana dengan tahun ini ??? Bersiap untuk memulai kembali. Apakah ada jaminan kembali berhasil ? Pola mereka sudah ada dan bisa jadi hanya ingin merubah pola agar menjadi lebih baik. Begitulah biasa setiap keberhasilan sudah membuat jalan sendiri yang bisa ita lalui kembali untuk lebih baik, syaratnya menambah dan meningkatkan kualitasnya.
Tahun ini mereka sudah mencapai level A, maka mereka menuntut level lebih tinggi untuk bersaing dengan orang lain yang lebih hebat. Sebuah dorongan yang kuat untuk memulai dengan baik.
Tapi disisi lain, mereka yang lain yang belum mencapai rencana tahun ini, mestinya mulai berpikir bahwa segala sesuatu tidak bisa diraih tanpa kerja. Yang sederhana sih, banyak dari mereka ini memang kerjanya belum maksimal. Perlu bukti ? Mereka menyambut liburan dan merencanakan seperti orang yang sudah berhasil. Sama-sama libur. Yang belum berhasil mengatakan bahwa saya libur untuk rehat sejenak setelah stress kerja. Tapi saat mereka masuk kerja lagi stress pun tiba. dan begitulah siklusnya. Libur dan bila perlu cuti agar tidak stress, apa yang dilakukan mereka adalah sangat sibuk. Disinilah perbedaan sikap mereka yang belum mampu meraih rencananya, mereka melihat kerja sebagai sebuah kesibukan dan stress sehingga sulit untuk meningkatkan kemampuan kerja. Kerja yang sibuk tidak menjamin hasil yang baik, seolah-olah kerja berat tapi hasil tidak ada. Renungkan .... seperti halnya orang sudah shalat tapi tak banyak memberi kebaikan. Periksalah kerja kita, apakah asal kerja atau kerja yang hanya mengerjakan untuk hasil yang direncanakan ?
Bayangkan saat kita kerja 10, jarang kita mendapatkan nilai 10. Probabilitasnya kecil. Tapi bayangkan saat kita kerja 15 maka nilai 10 itu menjadi mudah dan bisa diraih. Jadi sesibuk apapun kita, maka koreksi apa yang kita sibukkan (apa yang kita kerjakan). Jika rencana kita ingin jadi supervisor dalam karir kantor, maka nilai dan kualitas kerja kita tidak boleh sebatas supervisor tapi menetapkan kerja yang melebihi nilai supervisor. Inilah kerja bukan ala kadarnya, tapi kerja dengan sepenuh hati.
Bagaimana shalat kita tadi ? Jika shalat itu ingin dijadikan wasilah untuk permintaan doa kita dikabulkan Allah. Maka kita mulai mikir tidak boleh shalat seadanya. Koreksi kualitas shalat kita, shalat yang dimaknai dengan hati sehingga kita benar-benar shalat, yaitu berkomunikasi dengan Allah. Shalatlah dengan hati bukan sekedar lisan dan perbuatan fisik saja.
Apa hubungan shalat dan rencana kita ? Perhatikan "jika shalatnya benar maka perbuatan lain menjadi benar". Sikap dan paham ini mesti kita bangun agar shalat itu bisa mendorong kerja yang benar, shalat dengan sepenuh hati maka kerjapun menjadi sepenuh hati dan sungguh-sungguh. Insya Allah dengan mengembangkan kualitas shalat yang luar biasa maka kerjapun menjadi ringan untuk dijalani dengan bimbingan Allah. Sibuk ? ya Sibuk dengan kerja yang sudah terbimbing dan hasilnya dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Ingin berhasil shalatlah dengan benar.

Kerjakan apa yang kita doakan

Fakta menunjukkan apa yang kita dapatkan dari apa yang kita kerjakan banyak tidak sesuai. Maka ada banyak pertanyaan, mengapa bisa begitu ? Apakah Allah tidak mendengar dan mengabulkan apa yang kita kerjakan (sudah juga berdoa) ? Apakah yang kita kerjakan belum benar atau tidak benar ? dan banyak lagi pertanyaan .... dan kitapun mencari jawaban-jawabannya. Akhirnya kita pasrah dan menerima keadaan.
Sisi positif dari judul di atas adalah untuk mendekatkan hasil yang sesuai harapan kita. maka sebaiknya kita bertanya, Bagaimana caranya kerjakan dan doakan itu menghasilkan lebih baik ?
Banyak jawaban kita dalah kerja keras dan kerja sungguh-sungguh. Apakah kita paham dengan kerja keras ?  atau kerja seperti apa sih yang disebut dengan kerja keras ? apa ya, pasti Anda bingung. Anda bingung mencerminkan pikiran (otak) kita bingung, Bingung mau mengerjakan apa ?  Maka apa ayng sudah menjadi harapan kita dan kita doakan mesti didetailkan apa yang seharusnya kita kerjakan
Misalkan : kerja keras adalah
1. Saya mulai kerja pukul 05:00 sampai 19:00.
2. Saya mesti membuat rencana kerja
3. Saya mesti mengevaluasi apa yang sudah kerjakan pada akhir kerja pukul 18:30 dan saya jadikan perbaikan untuk kerja hari selanjutnya
4. Saya mengerjakan dengan niat dan sayapun mendoakan apa yang sudah saya rencanakan agar diizinkan Allah
5. Saya mengerjakan dari hal kecil dan kontinu
6. Saya mengerjakan dengan dasar ilmu yang cukup, kalau tidak tahu saya bertanya
7. dan sebagainya
Dengan membuat kata kerja keras dengan detail, maka pikiran menjadi paham. Maka pikiran pun memberi perintah ke tubuh (tindakan) menjadi jelas dan bisa dilaksanakan tubuh kita sendiri. Detail kerjaan membuat kita fokus melakukannya. dengan penjelasan ini kita mesti membuat doa kita pun semakin detail dan dapat dipahami pikiran.
apakah kita tetap untuk mendekatkan hasil kerja dengan harapan kita lewat kerja keras atau membuat pikiran memahami apa yang kita kerjakan (mengerjakan apa yang kita doakan) ?
Semakin detail dan mudah dipahami apa yang kita pikirkan membuat kita tidak bingung lagi ingin mengerjakan apa yang mesti kita kerjakan.
Insya Allah kita selalu diberi petunjuk yang jelas agar kita pun mampu mengerjakannya dengan mudah. 

Kerja itu menjalankan doa dan niat

Setiap pagi kita bangun dan setiap hari kita bekerja. Hari demi hari kita lalui dan berharap hasil kerja membuat kita bahagia atau terpenuhinya keinginan kita. Yang jadi pertanyaan adalah apakah sudah tercapai keinginan kita ? Rasanya belum dan selang waktu itu terkadang ada kebahagiaan bersama keluarga sekalipun hasil belum menggembirakan. Jika dicari apa yang kurang ? pasti ada yang kurang dan belum sempurna. kalau begitu kita tidak boleh berhenti kerja ..... sedangkan kerja kita yang jadi karyawan banyak memberikan keuntungan bagi perusahaan ketimbang diri sendiri. Apakah kita masih terus begini ? dan sampai kapan ?
Dalam hadist disampaikan,"bahwa perbuatan itu tergantung niat". Boleh ya kita menafsirkan sebagai berikut, "nilai dari perbuatan bergantung kepada niat, jika niatnya baik maka perbuatannya juga baik". Ada pertanyaan yang sederhana, Apakah saat kita berniat maka otomatis perbuatannya mengikuti niat ? Ternyata banyak dari kita mengalami yang berbeda. Awalnya niat baik kemudian perbuatan kita banyak digoda dan ada pula hambatan sehingga hasil perbuatan itu menyimpang dari niat. Niatnya mau silaturahmi ternyata perbuatannya "gosip", niatnya mau membantu ikhlas ternyata ada kebanggaan atau senang dipuji, niatnya mau memberikan solusi ternyata berharap dibalas sesuatu dengan solusi kita.
Mari kita renungkan hadist di atas, Perbuatan itu tergantung niat, tapi perbuatan tidak otomatis karena niat baik. Maka kita balik, niat menentukan perbuatan. Agar niat itu diikuti oleh perbuatan, maka kita butuh niat yang detail agar otak/pikiran yang menjalankan niat itu paham perintahnya. Bisa saja niatnya global, tapi harus diikuti dengan rencana apa yang ingin dikerjakan dengan detail. Setelah kita memiliki detail rencana, lakukan pengulangan agar bisa kuat disimpan dalam memori alam bawah sadar. Setelah itu apa lagi ? Kita memohon izin atas semua rencana itu dapat dilaksanakan dengan baik. Mulailah dengan Bismillah dan mengerjakan apa yang kita sudah doakan dan niatkan. Insya Allah kita selalu bersama Allah dan Allah tidak merugikan kita. Apa yang kita dapatkan sesuai dengan apa yang kita kerjakan. Allah Melihat dan tidak tidur serta Allah Maha Tahu apa yang tersembunyi dan yang nyata.
Amalkan semua itu dan jika belum sesuai hasilnya lakukan evaluasi lagi dan tambah lagi dengan membaca Al Qur'an agar Allah menurunkan berkahNya dalam setiap langkah kita.


Cek Pahala ?

Cek Pahala ? Buat apa ? Bukannya itu urusan Allah saja. Bisa saja kita cek pahala, tapi kan yang tahu nilanya hanya Allah. Judul di atas bertujuan untuk mengajak kita berpikir tentang kepantasan kita meminta kepada Allah.
Allah itu Maha Pengasih dan Maha penyayang .... sebesar apapun kesalahan dan dosa kita, Allah tetap memberikan rahmat dan karunia untuk kehidupan kita. Bisa jadi pemberian Allah itu hanya sebatas kebutuhan dasar.  Sebagai manusia kita selalu berdoa auntuk mendapatkan yang lebih baik, maka kita kerja dan berdoa. Harapan berdoa itu menjadi sangat kita tunggu .... dan kita dalam keadaaan terpuruh atau dalam keadaan level minimum.  Kok doa kita lama atau belum dikabulkan Allah ? Bisa jadi doa kita ditahan atau memang ada apa dengan doa kita.
Bayangkan ketika kita meminta bantuan kepada seseorang, maka beberapa orang bilang,""siapa kamu, nggak kenal kok minta bantuan ?" atau ada pertanyaan selanjutnya "kayaknya kamu ngga pernah membantu saya ?" Bagaimana kalau doa kita kepada Allah, berarti kita meminta bantuan kepada Allah dijawab seperti pernyataan itu ? Bolehlah kita merendah dan mengesplorasi diri kita sendiri bahwa apakah pantas kita dikabulkan permintaannya oleh Allah sedangkan kita jarang shaat, jarang membantu Allah, jarang bersyukur ..... ibarat kata kita jarang beribadah dan beramal salehnya maka pahalanya.jadi sedikit
Jadi saat kita meminta kepaa Allah, maka sepantasnya kita mengukur diri apakah kita pantas dikabulkan doanya, sekalipun kita berharap banget Allah mengabulkannya. Semakin sering meminta atau semakin banyak yang diminta maka cek pula pahala kita ? banyak ngga .... banyak ngga nya ltayalah pada diri kita berapa banyak kita ibadah dan beramal saleh, atau seberapa banyak keikhlasan kita dalam melakukan amal saleh.
JSikap yang pantas yang mesti kita lakukan adalah selalu berpikir positif saat doa kita belum dikabulkan, kita mesti semakin banyak beribadah dan beramal. dan sebaliknya saat kita dikabulkan maka kita pun berpikir pahala saya semakin berkurang maka saya mesti menambah amal saleh lagi.

proses kerja yang benar pasti hasilnya benar

Dalam keseharian, kita selalu bekerja dan bekerja. Yang penting bekerja, apakah kita berorientasi kepada hasilnya, pasti iya. BUkankah jika orientasi bekerja pada hasil maka kita pengen merubah apa saja ayng kita kerjkan untuk menuju hasil yang sesuai yang kita inginkan.
Hal di atas sudah kita kerjakan dan hasilnyapun sudah sering kita dapatkan. Hasil dan apa yang kita kerjakan ditentukan olej kita sendiri, Harapannya adalah kita mendapatkan hasil kerja yang lebih baik, memberi kebaikan bagi kita sendiri dan mencukupkan kebutuhan kita.
Apa yang terjadi ? Sepanjang tahun hasilnya tidak memberi dampak yang mendorong kita menjadi seamkin baik  Lalu apa yang salah ? Jika kita telusuri maka ada beberapa faktor yang tidak dijalankan dengan sebenarnya. Alias yang salah dengan proses bekerjanya. Karena fokus kita kepada hasil bekerja, kita cenderung tidak menymepurnakan atau mempersiapkan bekerja yang benar, akhirnya kita mengerjakan 2 kali bekerja untuk satu tujuan
Apa bedanya fokus hasil dan proses bekerjanya ? Jika kita fokus kepada hasil maka kita benar-benar mencocokkan proses bekerja untuk meraih hasil yang kita inginkan. Sedangkan fokus kepada proses bekerja, maka kita benar-benar memperisapkan dan menyiapkan segala tenatng proses bekerja, dan hasil sudah pasti mengikuti proses bekerja. Ada kesungguhan untuk mengerjakan dengan benar BUKAN sekedar mengerjakan saja.
Misalkan kita yang ingin mendapatkan hasil kerja (uang Rp 1.000.000), maka kita berkeja sesuai apa yang diperintahkan  (SOP). Jika uang yang inginkan tidak kita dapatkan, maka kita selalu mengubah pola atau menambah kerja agar tercapai hasilnya.
Seorang admin yang membuat laporan yang ditargetkan selesai setiap tgl 1 awal bulan. Maka kecenderungan admin tersebut mengerjakannya di akhir bulan. Didalam pikirannya yang penting laporan selesai tgl 1. Kapan pun mengerjakannya tidak masalah.. laporannya selesai tgl 1, tapi bisa si admin bisa terburu-burumengerjakannya sehingga cenderung bisa salah. Kenapa buru-buru ? Karena saat membuat laporan itu ada pekerjaan lain yang rutin dikerjakannya.
Bagaiaman mereka yang berfokus pada proses laporannyanya ? Admin ini bekerja setiap hari mempersipakan data dan laporan. Jika ada kesalahan atau ada hal yang janggal maka dia bisa merubahnya dan mencari tahu kesalahannya di hari yang sama atau besoknya. Pekerjaan harian ini tidak memberatkan bila dibandingkan dengan pekerjaan di ujung bulan.  Laporan setiap hari jika dikumpulkan sampai tgl 30/31 itu adalah sama dengan laporan satu bulan.  Sikap dan perilaku admin ini berbeda jauh dengan asdmin yang pertama.
Jika sikap di atas kita terapkan dalam ibadah, maka kita mendapati pekerjaan yang ringan :
1. Shalat itu jadi berat karena kita menunda (seperti halnya admin yang membuat laporan di akhir waktu). Bayangkan shalat ntar aja, abis makan. Setelah makan jadi kenyang dan bikin malaes aktivitas termasuk shalat.  Waktu shalat sebelum makan lebih ringan dibanding waktu shalat setelah makan.
2. Mengeluarkan sedekah 20.000 itu berat, kita cenderung mengeluarkan 2.000 saja. Bayangkan kita sedekah 2.000 diberbagai tempat. Setiap sedekah 2.000, kita sedekah di tempat parkir sekali, kita sedekahkan lagi di pasar dengan membayar dilebihkan 2.000, bertemu pengemis kasih 2.000, makan bakso nambahin baksoteman 2.000 dan seterusnya. Menebarkan nilai kecil diberbagai tempat jauh lebih ringan dengan mengeluarkan 2.000 dan manfaatnya lebih banyak. Sesuautu yang kecil (ringan-ringan) jika dikerjakan konsisten jauh lebih baik
Sebenarnya hasil itu akibat dari proses, tetapi hasil A bisa diperoleh dari proses A atau proses B atau proses lainnya. Proses A sampai Z itu bisa benar atau bisa salah. Fokuslah pada proses yang benar dengan mengerti apa yang seharusnya kita kerjakan.
Demikian juga dalam beragama, di awali dengan iman percaya kepada Allah yang membuat aturan dan petunjuk bagi kita untuk mendapatkan hasilnya. Siapa yang rezekinya ditambah sama Allah jika bersyukur, proses bersyukur itu ada caranya yaitu yang diajarkan Allah di dalam Al Qur'an dan ilmunya. Bagaimana jika seseorang ingin menambah rezekinya tapi dengan jalan yang berbeda, yaitu mencuri, riba dan sebagainya. Orang ini dapat rezekinya tapi rezeki jadi barokah (rezeki yang didapat ada tapi penggunaannya bisa menghabiskan rezeki yang didapat.
Contoh untuk mendapatkan uang lebih, seseorang bisa menabung yang banyak di bank. Orang mendapatkannya karena dia fokus kepada hasil. Untuk dapat uang banyak harus menabung yang banyak. Bayangkan seseorang mempunyai uang yang sama (atau lebih sedikit), dia fokus pada proses yang benar yaitu sedekah. Maka dia mengeluarkan sedekah setiap hari ... hasilnya uangnya berlipat dalam berbagai bentuk bisa berupa keuntungan dalam bisnis dan selalu berkecukupan.
Insya Allah kita dapat mengmabil hikmah dari penjelasan di atas. Dengan memperhatikan orang disekitar kita, kita sudah dapat menyimpulkan orang yang fokus pada hasil dan orang yang foksu pada proses. Proses itu harus dibekali ilmu, yaitu percaya kepada Allah. Saya beriman dan beramal saleh. Amal saleh adalah proses yang seharusnya kita kerjakan.
Ya Allah maafkan dan ampuni kesalahan kami dalam orientasi hidup kepada hasil yang kami inginkan , maka kami pun beramal (bekerja) dengan berbagai cara agar hasilnya dapat kami peroleh. Kami lalai dan kami pun mudah tergoda. Ya Allah bimbing kami dan tuntun kami kepada amal yang benar, proses yang benar agar kami mendpatkan yang terbaik yang Engkau berikan. Aamiin

Jika Allah itu dekat, kok kita tidak merasakannya ?


Assalamaualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirrahmanirrahiim, kita dipertemukan kembali untuk saling mengingatkan dan saling menasehati.. Kali ini saya mengambil petunjuk Allah Surah Al baqarah ayat 186.

186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Bisa jadi beberapa hanya mendengar dari penyampaian petunjuk di atas hanya sampai "Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku" Sehingga amalannya fokus pada doa dan ibadah. Tepi petunjuk ini ada syaratnya doa kita bisa dikabulkan yaitu maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku. Persyaratan itu menjadi kunci dikabulkannya doa kita atau tidak. Buatlah pertanyaan berikut "apakah kita sudah mengerjakan perintah Allah atau belum ? Kita jawab sudah. Tapi kok belum juga dikabulkan doa kita ?
Kalimat terakhir dari petunjuk di atas "agar mereka selalu berada dalam kebenaran". Aa maknanya ? Kita mesti menajalankan perintah Allah itu secara terus-menerus (selalu berada dalam kebenaran).  Insya Allah apa yang kita lakukan dengan menjalankan perintahNya secara terus-menerus maka kita berada di jalan Allah. Keadaan ini dapat kita rasakan bahwa Allah itu dekat. Apa yang bikin kita dekat ? Kita percaya dengan Allah dan menjalankan perintahNya menggiring kita merasa Allah ada disekitar kita.
mari kita motivasi diri kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dengan
1. percaya kepada Allah
2. Kepercayaan itu butuh ilmu (petunjuk) Allah, maka bacalah Al Qur'an
3. Amalkan apa yang Allah perintahkan dan sempurnakan
4. rasakan semakin banyak yang kita kerjakan semakin ada kehadiran Allah itu, Allah itu hadi dan dekat dengan kita
5. lakukan point 4 itu secara terus-menerus. Keadaan ini membuat kita semakin yakin, "saya percaya kepada Allah"
6. Berdoalah
Insya Allah kita diberikan petunjuk, dorongan dan bimbingan dengan iman yang semakin bertumbuh menjadi kuat. Aamiin



A
sbabun nuzul :
Ayat ini turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi SAW yang bertanya: "Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya?" Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini (S. 2: 186) sebagai jawaban terhadap pertanyaan itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih, Abussyaikh dan lain-lainnya dari beberapa jalan, dari Jarir bin Abdul Hamid, dari Abdah as-Sajastani, dari as-Shalt bin Hakim bin Mu'awiyah bin Jaidah, dari bapaknya yang bersumber dari datuknya.)

Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun sebagai jawaban terhadap beberapa shahabat yang bertanya kepada Nabi SAW: "Dimanakah Tuhan kita?"
(Diriwayatkan oleh 'Abdurrazzaq dari Hasan, tetapi ada sumber-sumber lain yang memperkuatnya. Hadits ini mursal.)

Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun berkenaan dengan sabda Rasulullah SAW: "Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah SWT telah berfirman "Ud'uni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya) (S. 40. 60). Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar doa kita atau bagaimana?" Sebagai jawabannya, turunlah ayat ini (S. 2: 186)
(Diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir yang bersumber dari Ali.)

Menurut riwayat lain, setelah turun ayat "Waqala rabbukum ud'uni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya (S. 40: 60), para shahabat tidak mengetahui bilamana yang tepat untuk berdoa. Maka turunlah ayat ini (S. 2: 186)
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari 'Atha bin abi Rabah.)

janji

Ngomongin janji pasti Anda sudah paham. Yang ada dibenak kita orang yang suka janji tapi ngga ditepati. Bisa jadi kita baru saja mengalaminya. Apakah respon kita terhadap orang tersebut ? Jika sudah keseringan janji maka kita tidak ingin membuat janji lagi.Tapi masih menjga hubungan kekerabatan dan jaga jarak.
Ada orang yang mudah memberi janji dan ditepati, bisa jadi orang ini memang memiliki sumber dari janjinya. Janji waktu, maka dia memiliki waktu yang cukup atau bisa mengatur waktu. Janji memberikan pekerjaan, maka dia memiliki banyak pekerjaan atau relasi yang menjadi sumber pekerjaan atau memang dia memiliki kekuasaan untuk memberi pekerjaan. Janji memberikan uang, maka pasti orang itu memiliki banyak uang. Janji selalu senyum, maka orang itu sangat mudah tersenyum. Sebenarnya orang bisa memberi janji itu pasti memiliki lebih apa yang ingin dijanjikannya.
Sebaliknya jika ada orang yang suka memberi janji, misalkan orang yang mau berhutang dan janji mau bayar ? Kita harus tahu apa yang dikerjakan dan apa yang dimilikinya .... bisa jadi untuk memenuhi janji tidak mudah. Apakah bisa seseorang yang sibuk bisa memmberikan janji perhatian (waktu) buat kita ? Berempati lebih baik dan memaklumi janjinya. Yang penting kita selalu berbuat baik bahkan Allah menyuruh kita membantu orang yang berhutang.
Jika kita tanya, emang ada orang yang bisa memberi janji tentang banyak hal ? Bisa jadi iya, tapi kita yang menunggu janji pasti ada kekhawatiran dan memang kadangkala janji itu bisa juga tidak diberikan. Namanya juga manusia.
Jika kita tanya siapa yang memiliki segala hal di dunia ini ? Pastilah Allah,
1. Allahlah yang menciptakan, memiliki dan memelihara alam semesta ini
2. Allahlah yang berkuasa atas segala sesuatu
3. Allahlah yang meliputi segala sesuatu termasuk apa yang kita kerjakan
Maka dengan hal di atas, Allah yang memiliki semuanya pasti dengan mudah memberikan janji dan pasti memenuhi janjiNya.
Kita sebagai hamba Allah adalah orang yang tidak memiliki apa-apa, untuk memiliki sesuatu kita sudah diberikan nikmat yang banyak. Allah juga memberikan janji jika kita bersyukur yaitu kita melakukan kebaikan atas pemberian Allah dengan cara yang benar seseuai petunjukNya.
Kita diminta untuk tidak mudah memberikan janji tanpa melibatkan Allah, katakan hari esok itu milik Allah maka ucapkanlah "Insya Allah untuk apa yang ingin kita kerjakan atau janji".
Dengan penjelasan di atas, apakah kita ingin mendaptkan janji dari manusia  dan bergantung pada janjinya ? Pasti kita jawab tidak, Masihkah kita tidak ingin memperoleh janji Allah yang pasti ? janji itu pasti berkenaan dengan apa yang diperintahkan Allah. Sudahkah kita membaca janji itu dan mengerjakan apa yang Allah perintahkan ?
Insya Allah kita selalu diberikan kebaikan dan kemampuan untuk meraih janji Allah dengan banyak ibadah dan beramal saleh.

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...