Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri
Showing posts with label Motivadi diri. Show all posts
Showing posts with label Motivadi diri. Show all posts

Background E-Book "Semangat Kerja yang Konsisten"

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Kali ni saya ingin menyampaikan bahwa E-Book tentang "Semangat Kerja yang Konsisten" diambil dari keseharian kerja kami yang dimulai staf engineer PT. Federal Motor sampai Direktur Customer Care SANKEN. 
Bagaimana menyemangati diri sendiri untuk terus belajar dengan cara otodidak, baik teknis maupun manajemen. Kami belajar dari buku, training dan pelatihan, serta masalah. Misalkan kejadian tahun '98. Tanpa Semangat kayak sulit untuk bertahan dan membangun team yang bagus dalam pelayanan.  
Sama halnya pada situasi covic, dimana karyawan dikurangi dan bahkan pendapatanpun dipotong. Apakah masih ada semangat ? Bagaimana dengan performance kinerja ? Banyak orang merasa tidak mudah untuk memberikan kinerja terbaik.

Tidak saja berbagi pengalaman teknis yang lebih baik, ada hal yang sering dibicarakan orang adalah Allah (beriman). Dalam faktanya beriman itu tidak mudah disinkronkan dengan kerja (semangat). Dari pengalaman itu, saya berbagi dalam tulisan ini.

Alhamdulillah berbagai situasi dan bidang yang saya jalani menambah kaya dalam berbagi pengalaman. Ada amanah sebagai Sales dan Marketing Manager, Training manager, Call Center dan Customer Care, Public Speaking dengan pelatihan dan mengisi radio, komunikasi dengan wartawan dalam berbagai launching, bahkan pengalaman menjadi EO launching produk. Dan saya pun sudah mempulikasi pelatihan sendiri "Spiritual Motivation Training" lebih dari 40 batch. 


 

Respon cepat dan semangat

 Apa yang yang terjadi lagi kerja, dan diminta menghadap ke atasan. Untuk apa ? ternyata atasan Anda memberikan pekerjaan yang harus selesai hari itu juga. Anda bisa jadi menjawab,"tidak bisa pak karena saya masih banyak kerjaan". Apa sih sebenarnya yang terjadi ? 

1. Jawaban itu adalah respon Anda terhadap apa yang dihadapi tidak suka. Yang namanya respon cepat (tanpa berpikir) cenderung negatif dan diikuti dengan tindakan (kerja) negatif, sekalipun Anda kerjakan tapi kerjanya terpaksa. Keadaan ini tidak ada kebaikan sama sekalian, dan bahkan membuat kita tambah malas, tidak semangat semangat turun.

2. Ada jawaban lain yaitu ,"malas". memang diawalnya sudah tidak ada semangat dan menjadi semakin lemah dengan apa yang dihadapi saat itu.

3. Jika yang dihadapin itu sebuah pekerjaan, maka Anda sudah mengukur duluan tentang kemampuan Anda dengan pekerjaan. Jawabannya cenderung,"tidak bisa karena saya belum pernah mengerjakannya atau kok bukan yang lain ?" dan banyak alasannya. 

Ketiga respon atau jawaban di atas seringkali spontan dan terjadi sangat cepat, bisa jadi sudah siap untuk disampaikan. Karena semua itu sudah terdapat di memori pikiran (tersimpan dalam alam bawah sadar). Itulah bawaan emosi atau nafsu yang lebih mudah terjadi dibandingkan Anda mikir dulu. Jika ini yang terjadi (sikap negatif) ini berlanjut kepada tindakan negatif. Bisa saja Anda mengerjakan pekerjaan itu tapi dalam keadaan terpaksa (tidak nyaman), bisa sih selesai pekerjaannya ... Anda mengalami sesuatu yang buruk pada tubuh dan  pikiran, hasilnya tidak berdampak baik kepada Anda. 

Lalu mesti seperti apa ? Perhatikan beberapa kejadian, banyak pekerjaan yang bisa dikerjakan bukan karena kita memiliki ilmu dan ketrampilan (alasan no. 3), tetapi karena kita memiliki semangat (kerja). Semangat yang ada mendorong kita belajar yang akhirnya membuat kita menemukann cara mengerjakan pekerjaan tersebut (bertambah ilmu kita). Semangat yang hadir itu bertambah (meningkat) karena kita memiliki harapan dengan pekerjaan itu, bisa berupa harapan mendapatkan ilmu, uang, perhatian dan sebagainya. Ada juga harapan itu berupa keridhaan Allah sehingga kita mengerjakannya karena berbuat amal saleh.

Bayangkan saat kita menghadapi pekerjaan yang banyak dan untuk waktu yang pendek, maka spontan kita mengatakan tidak bisa. Tapi bagaimana jika kita mulai menjadi pendengar yang baik (untuk memahami detail pekerjaan tersebut) ? Kita banyak bertanya untuk tahu lebih banyak. Keadaan ini ternyata membuat kita berpikir (tidak lagi emosional/spontan). Saat awal kita sudah memiliki semangat dan bertambah semangat lagi karena kita berpikir ini adalah harapan (asa) jika saya dapat mengerjakannya. Pekerjaan itu adalah amanah dari Allah lewat seseorang untuk menguji kita, apakah kita bersyukur dengan memanfaat pikiran dan fisik untuk mengerjakannya atau kita tidak bersyukur dengan menolak ? Dengan modal semangat yang semakin tinggi dan berbekal komunikasi yang baik menjadi modal untuk memulai. Sekalipun tidak ada ilmu dan ketrampilan, kesungguhan dalam mengerjakannya (jihad beramal saleh) mengantarkan kita dibimbing Allah dengan petunjukNya. Akhirnya step by step semua pekerjaan itu bisa dilalui. Kita bertambah semangat karena hasil yang memuaskan, kita bertambah ilmu dan ketrampilan dan kita disenangi oleh orang yang dititipkan Allah amanah, yang pasti kita bisa beramal saleh. "Jika kita beramal saleh sedang kita beriman dan mengerjakan dengan petunjuk Allah, maka Allah mengampuni kesalahan kita dan memperbaiki keadaan kita (QS Muhammad, 47 : 2).

Insya Allah dengan selalu berpikir utuk mendapatkan keridhaan Allah, maka jadikan semua aktivitas sebagai amal saleh.



                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            

Bersemangat !!

Saar ini yang sedang pandemi corona, banyak orang kurang semangat kerja. Semangat karena ada dorongan untuk bertahan hidup dan ada pula mulai pasrah dengan keadaan karena gaji dipotong atau terdampak pengurangan karyawan. Apa yang terjadi ? Kita menjadi sangat tergantung dengan keadaan pandemi, mau kerja takut tertular corona dan tidak kerja atau kerja dengan WFH menjadi kurang produktif. Semua tergantung corona dan terasa dampaknya
Selanjutnya kita bisa bertanya dimana Allah ? Ketergantungan kepada keadaan corona membuat kita yakin ... yakin terhadap dampaknya atau akibatnya. Mau keluar rumah takut ? Mau berbisnis takut bertemu orang dan sebagainya bahkan mau shalat di Masjid takut juga.
Bagi yang yang terdampak  dipecat atau dipotong gajinya, maka yang salah adalah corona. Pengurangan atau diPHK menyalahkan corona. Tapi renungkan sesaat, apa benar kita dipecat karena corona. Dalam perusahaan ada yang dipecat atau tidak dipecat. Yang dipecat dipilih 90% karena tidak produktif dalam kerja atau tidak kooperatif dalam team (terutama atasan). Tidak produktif berearti tidak ada kemampuan yang luar biasa. Kemampuan itu tumbuh karena mau belajar dan berubah. Saat kita dipecat maka mulai mengoreksi diri, mengapa dulu saya tidak memulai mandiri ? mengapa dulu saya tidak belajar ? 
Jadi bukan karena corona 100% kita dipecat atau dipotong gajinya. Bayangkan saat dulu kita sudah belajar dan menerapkan ilmunya untuk meningkatkan kinerja kita, bisa jadi tidak terjadi PHK pada diri kita. Bayangkan lagi kalau dulu saya mulai mandiri, bisa jadi saya tidak masalah kalau diPHK karena saya bisa mengerjakan banyak hal.
Tak ingin menyalahkan siapa-siapa lagi dan sudah terjadi, yang terbaik adalah kita menerima dengan ikhlas. Ikhlas berarti menerima keadaan ini bukan karena corona, corona hanyalah perantara dari Allah untuk keadaan kita. Keadaan kita hari inipun karena dulu kita tidak melakukan hal yang berarti. Tak perlu menyalah apa-apa lagi, tapi mulailah memperbaiki diri agar mampu melewati.Tumbuhkan rasa percaya dan beriman kepada Allah agar harni tertuju kepada Allah, Bismillah  

Tahu jadi semangat

Mengapa harus tahu dulunya baru semangat ?  Ngga ada jawabannya. Ya bisa aja begitu dan bisa juga yang lain. Tapi ini bener-bener terjadi. Bayangkan saat kita tahu dan memahami betul apa yang kita dapatkan dari apa yang kita kerjakan, maka kita menjadi bertambah semangat dalam mengerjakannya.
Mungkin kita sudah mengerjakan shalat malam dan rutin lagi. tapi seringkali shalat malam itu terasa biasa. Apa yang kita harapkan ? tentu kebanyakan dari kita mengharapkan Allah mengabulkan doa kita. Saat ada keperluan kita getol shalat malam dan berdoa. Ternyata dari keinginan itulah kita jadi semangat, shalat malam dan berdoa. Semangat ini sering luntur dan lemah karena tidak ada ilmu atau pengetahuan tentang shalat malamnya atau tentang doanya atau apa yang bisa kita dapatkan.
Sewaktu saya membaca ayat berikut ini, saya tapi berhenti meneruskan bacaannya dan ada dorongan untuk membuka tafsirnya. Segala puji bagi Allah atas rahmatNya dengan dibukakan hati saya untuk memahami lebih dari ayat berikut ini.
Bismillahirrahmanirrahiim
As Sajdah, 32 : 15 - 17
15. Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.
16. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan. 
17. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.

Saya mulai dari ayat 15 bahwa Allah menjelaskan orang yang benar-benar beriman kepada Al Qur'an adalah orang yang selalu bertasbih dan memuji Allah. Seberapa banyak kita bertasbih ? seberapa banyak kita memuji Allah ? bisa jadi memang hanya saat formal di dalam shalat atau ibadah lainnya. Apakah ini yang disebut kita beriman kepada ayat-ayat Allah ? Kita sendirilah yang bisa menjawab. paling tidak jawaban ini sebagai ukuran keimanan kita. Oke deh. Pernahkah kita dibacakan atau diperingatkan atau mendengar ceramah tentang ayat-ayat Allah ? Bukankah itu semua adalah peringatan buat kita, tapi semua itu belum mendorong kita banyak bertasbih dan memuji Allah. Jika demikian termasukkah kita orang yang sombong ? Kita bilang,"tidak sombong", tapi jika ingin jujur maka kita termasuk orang yang sombong karena tidak peduli dengan peringatan itu. Seharunya kita berterima kasih atas apa yang kita dengar atau apa yang kita lihat atau apa yang kita baca ... buknakah semua itu adalah peringatan Allah.
orang yang beriman kepada ayat-ayat Allah itu adalah orang mengamalkan isi dari ayat itu. dan di ayat 16. Allah menjelaskan bahwa mereka yang beriman itu adalah orang yang lebih banyak shalat malamnya dibanding tidurnya dimana shalat dan doanya mendekatkannya kepada Allah. Doanya selalu diliputi oleh rasa takut atas azab Allah karena kita belum juga sadar atau belum juga mengamalkannya dan ada rasa harap Allah mengabulkan keinginan kita. Sampai sini saya sambungkan dengan semangat untuk kerja menjadi semakin nyata. Shalat dan doa kita membuka ruang bagi hati untuk semakin percaya kepada Allah. Dan Allah menambahkan juga harus tetap selalu berbagi dari rezeki yang kita terima. Semangat kerja karena Allah mengabulkan doa kita dengan semangat shalat malam dan berinfak.
ternyata ayat berikutnya lebih dahsyat lagi. Allah membalas apa yang kita kerjakan di ayat 16 tadi dengan balasan yang sempurna, nikmat yang menanti yaitu sesuatu yang enak dipandang bahkan dalam tafsir disebutkan nikmat itu bisa jadi belum pernah kita lihat sebelumnya. masak sih kita tidak mau ?
Inilah yang ssya sebutkan di atas, jika saya tahu dan paham ayat-ayat di atas maka shalat malam saya semakin bersemangat , infak saya semakin bersemangat, Insya Allah saya pun semakin ingin tahu lebih banyak ayat-ayat Allah. "saya tahu dan saya semangat". Insya Allah semangat ini teus bergelora dalam hati untuk terus menyempurnakan iman kita dengan memahami ayat Allah dan mengamalkanNya. Ya Allah kabulkan doa kami


Komunikasi = Bicara

Berkomunikasi adalah berbincang satu sama lain dengan niat yang baik. Apa hubungannya dengan silaturahmi ? Silaturahmi adalah forum komunikasi yang menganggap lawan kita adalah saudara, yaitu memlihara hubungan persaudaraan dan menambah nilai persaudaraan
Apakah bisa kita berkomunikasi tanpa bicara atau tidak lancar dalam bicara ? Bagaimana dengan kita yang bicara tidak mudah dipahami orang lain ? Kedua hal ini pasti menyulitkan komunikasi sehingga silaturahmi itu menjadi kurang terjalin (kurang lancar).
Teringat dengan hadist yang memuat makna "tidak masuk syurga mereka yang memutuskan silaturahmi", ada beberapa tafsiran :
1. Orang memutuskan silaturahmi adalah mereka yang memang membenci komunikasi dengan orang lain.
2. Bisa juga orang yang dulu bersilaturahmi kemudian terlutus karena sesuatu hal yang buruk
3. memungkinkan juga yang memang lalai dalam menjalain hubungan silaturahmi, apalagi dulunya sudah terjalain silaturahmi
4. Memungkinkan pula orang yang hanya berkomunikasi atas dasar ada kebutuhan saja karena tugas atau kerjasama. Bukankah seharusnya komunikasi yang ada bisa menjadi bersaudara dengan bersilaturahmi
atau ada kondisi lain menurut Anda ? Yang penting harus ada dua atau lebih orang yang berhubungan dengan ikhlas dan saling menebar kebaikan. karena komunikasi itu adalah bicara, maka yang mendasar selain niat ada faktor penting dalam silaturahmi yaitu becara atau bisa ngomong.
Bisa dibayangkan bahwa seseorang yang pendiam (tidak banyak bicara) yang sedang berkomunikasi untuk menciptakan silaturahmi ..... menjadi "nggak nyaman" atau "sekedar basa-basi" sehingga silaturahmi itu tidak tercipta dengan baik. Apa yang terjadi dengan mereka yang diam alias tidak pandai bicara ? Mereka cenderung menyendiri dan tidak "bergaul" dengan yang lain. Kalau ada pertemuan mereka menghindar.
Maka menjadi sebuah kebutuhan bagi mereka yang diam agar tidak menghindar dari silaturahmi dengan banyak belajar bicara. Dan teman atau saudara yang bisa bicara wajib memahami saudara yang diam untuk terus menyambungkan silaturahmi dengan mengajak bicara. Termasukkah mereka yang memutuskan silaturahmi itu mereka yang tidak mau mengajajk yang diam bicara atau orang yang diam yang tidak mau belajar bicara dengan baik ? Insya Allah ini adalah peringatan bagi kita semua untuk benar-benar menciptakan silaturahmi dan jangan sampai lalai karena kesibukan atau tidak mau memahami orang lain.
Insya Allah tulisan ini menjadi inspirasi kita semua untuk benar-benar menyambungkan silaturahmi, menyambungkan berarti ada inisiatif dari siapa saja agar kita semua menjadi saudara.

Punya masalah besar, lakukan yang bisa

Banyak orang mengalami banyak masalah bahkan masalahnya besar melebihi kemampuannya. Lalu apa yang dilakukannya ? Bingung dan bahkan menjadi seorang yang menyendiri. Bicara sama orang terdekat "takut" dan merasa rendah serta malu. Hanya bicara dan curhat di media sosial dan memberanikan diri untuk minta tolong kepada atasan atau orang yang dekat. Tapi hasilnya tak menggembirakan.
Terlintas mungkin mau lari dari kenyataan saat ini. "abis semua itu tidak bisa diselesaikan dengan cepat". Atau mau jual apa yang dimiliki pun, rasa tak cukup. Atau ada yang pendek pikirannya mau "mati aja". Dalam keadaan tidak memiliki teman dan merasa masalah tidak bisa selesai, maka disinilah pikiran dan emosi mudah sekali terpancing dengan cara pikiran yang tidak sehat.  Mau marah, mau marah ke siapa ? Marah pun bikin semakin capek dan lelah dimana solusi tak kunjung datang. Mau jalan pintas dimana syetan memberikan angan-angan kosong, tapi rasanya semakin membuat masalah bertambah banyak dan komplek.
Kembali kepada Allah ? Kenapa tidak ? Allah yang Maha Penerima Taubat yang Rahman dan Rahiim dengan senang hati menerima hati yang lalai kembali kepadaNya. Inilah jalan yang menjanjikan hasilnya. Yang utama adalah kita taubat atas kesalahan dan kesombongan selama ini dimana kita merasa mampu sendiri dan Allah hanya sebagai pelangkap. Abis itu, apakah Allah menyelesaikan semua masalah itu ? Belum tentu. maka yang bisa kita lakukan adalah kembali untuk percaya kepada Allah dengan sebenarnya. Lalu mengamalkan apa yang Allah sukai.
Bekerjalah kita sebagaimana kita kerja dengan penuh tanggung jawab, jujur dan amanah. Kerja inilah modal kita untuk bergerak menyelesaikan masalah kita. Doa menjadikan kita semakin yakin bahwa Allah mengabulkan doa kita untuk menyelesaikan masalah. Berdoa lah agar kerja kita yang ikhlas itu Allah ridhai dan mohon ridhaiNya untuk memampukan kita menyelesaikan masalah. Syukurilah apa yang sudah kita lakukan.
Tak perlu menunggu masalah itu selesai, tapi fokuskan diri kita untuk sibuk dengan kerja yang ikhlas dan mengisi waktu dengan banyak ibadah dan amal.
Insya Allah dengan langkah demi langkah (kerja yang diyakini dan ikhlas) semakin membuka pikiran dan hati menemukan solusi atas masalah.

Syetan = masalah

Judul di atas ingin menggugat bahwa kita selama ini menganggap syetan itu identik dengan godaan harta, wanita, kekuasaan. pernahkah kita berpikir bahwa syetan itu sama dengan masalah ? Bisa jadi betul, tapi kita tidak pernah metenungkan hal tersebut, jadi menganggap jika kita ada masalah tidak ada hubungan dengan syetan.
Boleh juga sih kita memperhatikan, orang yang berzina itu dianggap sebagai melakukan dosa besar dan dekat dengan syetan. Hasil dan perzinahan itu pun memunculkan banyak masalah pada pasangan tersebut yang tidak dirasakan secara dalam (sepertinya enak-enak saja dan tanpa masalah). Mengapa mereka merasa tidak bermasalah ? Karena referensi masalahnya bukan dengan ukuran Allah tapi ukuran dunia. Padahal masalah sebelum terjadinya perzinahan adalah tidak terjaganya nafsu dan mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikannya. Ketidakmampuan ini membuka ruang bagi syetan untuk memberi "solusi" dengan angan-angan kenikmatan. Inilah hubungan syetan dan masalah.
Seseorang yang tidak cukup uang, tentunya orang ini memiliki masalah. dimana hubungannya dengan syetan. Hasil pendapatan yang tidak cukup disebabkan kemampuan yang dibayar rendah. Mengapa orang ini tidak mau meningkatkan kemampuannya ? Bisa jadi malas atau sudah takdir emang begitu (nasib). Padahal Allah sudah menjanjikan nikmat bertambah jika bersyukur. Apakah bersyukur itu sama dengan orang malas atau tidak mau belajar ? Tentu tidak, maka kondisi orang yang tidak mau meningkatkan kemampuan atau malas menunjukkan ia bersama syetan. Terkadang kita merasa bahwa tidak cukup uang itu bukan karena syetan. Tapi ternyata syetan bersama orang malas (bermasalah).
bagaimana dengan sakit ? Sakitnya adalah takdir yang bisa jadi balasan Allah atau ujian. Ujian pun sebenarnya sebagiannya adalah balasan yang Allah izinkan atas apa yang ktia kerjakan. Sebelum sakit, apa yang terjadi ? Bisa jadi kita makan berlebih atau makan tidak mengikuti aturan kesehatan atau makan yang enak tapi tidak baik buat tubuh, semua itu adalah godaan syetan. Kok bisa ? Secara akal sehat kita pasti mau makan yang baik buat tubuh dan tidak berlebih, tapi syetan menggoda,"makan aja lagi enak ini, kan hanya sekali dan seterusnya".
Sebenarnya masalah itu muncul karena setiap yang kita inginkan tidak sesuai dengan hasilnya. Yang perlu kita renungkan adalah yang kita inginkan belum tentu baik atau kemampuan kita yang kurang untuk memenuhi keinginan kita tidak cukup sehingga membuat segalanya menjadi bermasalah. Semakin dikerjakan semakin bermasalah karena syetan sudah bekerja sejak kita menginginkan sesuatu. Syetan menjanjikan keinginan itu baik (angan-angan kosong) sehingga kita berusaha mengerjakan apa saja agar tercapai (segala cara dilakukan), disini pun syetan menggoda dengan cara pintas.
mau tidak masalah ? Allah menurunkan petunjuknya Al Qur'an agar kita selamat di dunia dan di akhirat. Allah menjanjikan kebenaran dan janji yang pasti. Buka hati kita agar Allah memberikan petunjukNya agar kita yakin (beriman) dan mau mengerjakan amal saleh. Dengan demikian kita selalu bersama Allah dan syetan pun menjauh. Ada masalah ? Allah menguji kita agar bersyukur dan Allah pun menolong orang yang bersyukur sehingga masalahpun dapat dilewati,

Menerima apa yang kta alami

Sebuah keinginan dan harapan hidup yang lebih baik menjadi idaman semua orang, apalagi seseroang yang mengalami masalah yang belum selesai. Solusi yang ada di pikiran kita terus bergelora dan ada peluang yang diberikan orang sehingga solusi itu pun menjadi harapan sekaligus keinginan kita. Usaha dan doa terus dijalankan sampai kita menerima hasilnya.
Bersikap positif dan berhatap hasil sesuai dengan apa yang kita harapkan .... tapi hasil berkata lain. Solusi itu ternyata diberikan Allah. Langkah terbaik adalah menerima kenyataan itu dan terus berpikir prasangka bahwa Allah mau memberikan solusi yang terbaik buat kita, Seiring itu kita pun mesti berpikir bahwa solusi yang menurut kita mujarab untuk menyelesaikan masalah TIDAK SELALU benar. Yang Maha Tahu adalah Allah. Tak lupa seiring prasangka baik itu kita pun mesti banyak meminta ampun karena, karena bisa jadi apa yang Allah lakukan dengan takdirNya kepada kita merupakan balasan atas kesalahan kita selama ini.
Belajarlah menerima BUKAN sekedar menerima tapi benar-benar kita mengevaluasi takdir Allah kepada kita :
1. Yang pasti hasilnya sudah terjadi dan tidak bisa diubah, yang bisa merubahnya adalah Allah.
2. Karena yang merubah hasil itu adalah Allah maka kita mesti mengevaluasi apa yang sudah kita lakukan, apakah sudah benar caranya ? Maka Allah menunggu hasil evaluasi kita dan mulai memperbaikinya. Perbaikan yang kita lakukan bisa jadi menjadi pertimbangan bagi Allah untuk memutuskan hasilnya.
3. Bisa juga tanpa perlu mengevaluasi kesalahan atau dosa masa lalu kita, maka hasil apapun mesti membuat kita semakin sadar untuk terus memperbaiki tindakan dan ibadah kita kepada Allah. Kita berharap dengan ibadah dan kerja kita dapat diridhai Allah sehingga kita berharap Allah berkenan untuk memberikan hasil yang kita inginkan.
dengan kata lain, jika takdir atau fakta yang kita alami saat ini yang tidak sesuai dengan harapan kita berarti kita diminta terus menggali hikmat atau yang tersirat dari takdir tadi. Dengan prasangka baik dan pikiran positif, Insya Allah kita dibimbing dan diberi petunjuk untuk mendapatkan kebaikan dari takdir tersebut

Terpuruk ...

Beberapa orang pernah mengalami kondisi terpuruk, kondisi yang sangat menyedihkan dan membuat diri kita tak berdaya. Mau curhat ? hanya sedikit orang yang mau mendengar, dan memohon bantuan tidak ditanggapi karena mereka bilang saya juga begitu. keadaan ini membuat kita merasa sendiri sekalipun ada teman, saudara, orang tua dan sebagainya. lalu mau bagaimana ?
Diam dan hanya menyendiri atau terus menjalani saja kehidupan ini apa adanya atau mencari solusi yang tepat dengan pikiran yang tenang. Seringkali kita mengatakan,"kok dia aneh beberapa hari ini" atau bahkan ada yang bunuh diri,"kok bisa bunuh diri, rugi". Inilah tanda-tanda bahwa kita memiliki keadaan yang tidak baik. Ada jalan pintas dan ada jalan yang benar.
Keadaan yang makin terdesak dengan berbagai masalah dan kehidupan sudah menunggu untuk dijalani. Kita cenderung menuju jalan yang pintas, jalan yang mudah untuk menutupi kehidupan yang mesti dijalani. Berharap jalan ini adalah jalan terbaik dan setelah itu kita berharap pula ada jalan lain yang lebih baik. Tapi pengalaman kita sebelumnya jalan mudah itu meneruskan jalan yang sudah dijalani. Akhirnya kita pun terjerumus kembali. 
Jalan yang benar itu jalan yang menyelesaikan masalah (keterpurukan) kita. Berilah waktu untuk merenungkan segala hal yang terjadi  ..... kembalilah kepada Allah. Allah yang Menciptakan kita dan Dialah yang Maha mengatur, yang Maha menyempitkan dan Melapangkan kehidupan kita. Allah itu Maha Adil, Adil terhadap apa yang kita kerjakan. Artinya apa yang kita dapatkan hari ini adalah apa yang kita kerjakan selama ini. Allah tidak zalim kepada hambaNya dan HambaNya lah yang menzalimi dirinya sendiri. Sadarkah kita ? Kesadaran ini mesti mendorong motivasi kita untuk bangkit dan semakin percaya kepada Allah.
Atas dasar kesadaran di atas, maka hanya Allahlah yang mampu menyelesaikan masalah kita, keterpurukan kita hari ini. Selanjutnya mulailah dari kita untuk mendekat kepada Allah yang mendorong Allah meridhai dan merahmati kebaikan buat kita. Di waktu kita lapang, kita sudah tidak bersyukur dan saat sempit kita mesti 2 kali dan bahkan lebih untuk menyediakan waktu, tenaga dan fokus kepada Allah. Ibadah shalat lebih khusyuk dan shalatpun semakin banyak, zikir dan doa lebih merasuk agar kita benar-benar merasakan kedekatan kepada Allah, sedekah dan ibadah lainnya. Yang penting lagi adalah kesabaran dalam menjalani semua itu. Harus ada prasangka positif dengan selalu berharap Allah yang maha Rahman dan Rahiim agar Allah menyelesaikan keterpurukan hari ini. 

Kok dia hebat ya

Dalam hidup sehari-hari kita sering melihat orang lain dan sangat sedikit melihat diri kita sendiri. Mata melihat ke depan dan tidak bisa melihat ke dalam. Bahkan otak kita yang berpikir pun selalu memikirkan apa yang kita lihat sehingga jarang kita merenung untuk melihat keadaan kita sendiri dan berpikir tentang diri kita sendiri. Yang kita lihat kurang lebih ada 2 jenis yaitu yang lebih bagus dan yang buruk, ada yang sedang-sedang saja.
Apa yang terjadi ? Mata yang selalu terbuka dan melihat itu sangat mudah menerima informasi apa yang dilihat dan menyimpan dalam memori otak. Bangun tidur kita lihat kamar tidur, keadaan tidak rapi maka pikiran kita berkata,"biasa" karena hal itu terjadi setiap hari. Apa efeknya ? Karena kita terbiasa dengan yang tidak rapi, maka kita pun tidak melakukan apa-apa. Bagaimana saat kita melihat di luar rumah ada orang dan lingkungannya rapih ? Maka kita bilang,"hebat ya orang itu".
Hal lain adalah kita sering pula mendengar dari luar, yaitu omongan orang dan omongan orang tentang kita. Saat menyinggung tentang kita, kita mulai baper dan merasa "panas". Seakan-akan kita membantah apa yang diomongin orang tentang kita. Semua itu terjadi karena orang lain itu melihat kita dan berkomentar. Padahal kita pun melakukannya yang sama, kita melihat orang dan berkomentar tentang orang lain, dan kita merasa benar apa yang kita omongkan tentang orang lain.
Kok dia hebat ya ? maknanya kita mengakui orang itu hebat karena kita melihat orang itu dimana kemampuannya kita dibawahnya. Yang salah itu kita sendiri, karena kita tidak pernah memperhatikan diri kita sendiri, mata melihat sekitar kita dan pendengaran protes saat diomongin.
Kita juga hebat sekarang. Percayalah kita tidak lebih buruk dari yang lain. Mulai fokus melihat diri kita sendiri dan berterima kasihlah atas komentar buruk untuk kita dari orang lain. Kesadaran tentang keberadaan diri kita saat ini bisa mengantarkan diri kita kepada yang lebih baik
Jika kita bercermin,"ohh ternyata kita bangun siang dibandingkan orang lain", maka mengapa kita tidak mau bangun lebih pagi ?  Setelah bangun pagi terus-menerus, orang bilang,"hebat ya kamu sekarang"!
Ini baru satu hal kita fokus dan serius tentang diri kita, lalu jika setiap hari kita beri fokus dan waktu SATU PERBAIKAN MAKA DALAM SEBULAN KITA SUDAH MENJADI MANUSIA BARU. Banyak orang bilang "wow kamu luar biasa sekarang"
Insya Allah fokus kita ke dalam diri sendiri itu membuka pikiran untuk mengenal diri kita sendiri. Dengan mengenal diri sendiri dapat mengantarkan kita kepada siapa yang menciptakan kita.

Berjalan ke kiri dan ke kanan

Andaikan Anda berjalan dari rumah menuju tujuan dengan jalannya yang tidak lurus, kadang ke kiri dan kadang ke kanan. Yang pasti perjalanan kita itu terus bergerak mendekati tujuan. Seharusnya bisa nyampe lebih cepat, tapi apa mau dikata kita belum tahu jalan yang lurus itu. Jalan ke kiri atau ke kanan itu pun kita ikuti orang di dapan kita. Bisa karena macet kita yang tidak sabar menunggu jadi ikut jalan orang yang kelihatannya lancar dan cepat tapi ternyata jalan itu pun tidak lebih cepat. Menoleh ke jalan lurus .... bertemu lagi kita dengan kendaraan yang tadinya di belakang kita. Atau bisa juga kita tidak yakin dengan jalan lurus itu sehingga menggoda kita untuk belok kiri atau kanan.
Setelah tiba di tujuan, barulah kita tahu bahwa "mengapa saya tidak jalan yang lurus aja ?".
Bagaimana dengan perjalanan hidup kita ? Menuju jalan kebaikan yaitu jalannya Allah. Sudahkah kita mengenal jalan Allah itu ??? Apakah kita pernah merasakan nikmat dan susahnya jalan Allah itu ? Bisa jadi tidak banyak. Yang kita lakukan malah jalan yang menyimpang dari jalan Allah dan kita banyak merasakan suka dan dukanya. Imbanglah begitu atau bahkan yang menyimpangnya lebih banyak. Memori perasaaan kita tadi yang menyimpang jauh menggoda kita untuk susah menuju jalan Allah. Jika jalan ke kiri itu adalah jalan menyimpang yang buruk (rayuan syetan), maka seringkali kita mengikuti karena memang tidak sabar menunggu di jalan Allah. Sudah memohon kepada Allah untuk ditunjukki, dibuka, dimudahkan bagi kita ? Sepertinya tidak nampak, sedangkan kebutuhan dan keinginan sudah terdesak maka ajakan syetan lebih baik. Bahkan impian yang kosong diberikan syetan bahwa,"kalau salah kan Allah Maha Pemaaf". Jadilah kita menjadi di jalan kiri (jalan yang bukan jalan Allah).
Seandainya jalan kanan itu kita ibaratkan jalan yang juga kelihatannya jalan baik tapi tetap aja jalannya bukan jalan Allah. Kita merasa berjalan di jalan lurus tapi keikhlasannya membuat jalan itu miring ke kanan. Berilmu dengan benar, tapi masih ada di hati mau  disebut orang yang berilmu (pintar dan ingin dipuji), Memiliki harta dengan suka dermawan, tapi ada sedikit di hati ingin dibilang orang yang baik dan suka memberi, demikian juga dengan kita yang memiliki kekuasaan yang menjalankan perintah agama, tapi dalam hati masih ada ingin disebut sebagai orang yang berjasa bagi banyak orang karena kepemimpinan kita.
Jalan yang  lurus itu pasti lebih cepat, tapi bisa juga menanjak atau menurun. Maka kita sebagai hamba Allah mesti mengenal jalan itu .... Allah telah memberi petunjuk bagi manusia untuk menemukan jalan Allah. Dan ada tip-tip dari Allah saat mengikuti perjalanan jalan menurun atau jalan yang menanjak atau jalan berlubang dan jalan tidak mulus. Sudahkah kita mengenal dan memahami jalan Allah itu ? Ayo kita kuatkan niat di hati dan memohon Allah untuk membimbingnya agar kita mampu dan dimampukan menjalani jalan yang lurus.

Khawatir masa depan

Seorang temen curhat tentang kehidupannya yang semakin terpuruk, satu masalah belum selesai ada lagi masalah baru, tambah pikiran stress. Semua masalah itu diawali dengan uang yang tidak cukup ? cek lagi dan renungkan dengan seksama, apakah kita sendiri yang kerjanya belum maksimal sehingga uangnya juga tidak maksimal ?? Jika sudah maksimal, maka boleh dong periksa apakah yang kurang uang itu untuk kebutuhan dasar atau memenuhi keinginan kita ???
Ada temen yang lain yang secara ekonomi udah cukup, masih ada kekhawatiran tentang bulan depan ? dan masa depan keluarga ?
Mau menyelesaikan masalah kekhawatiran tentang masa depan ... terus melintas dalam pikiran. Selalu dipikirkan dan selalu dicariin solusinya dan berusaha untuk dijalani, tapi ternyata masih ada aja kekhawatiran itu. Apalagi di saat usia semakin lanjut.
Perhatikan aja, jika kita kurang uang, tanya pada diri kita .. apakah ini persoalan pikiran atau urusan hati atau perasaan ? Secara langsung sih urusan PIKIRAN, kurang uang ya cari uang, ngga ada ilmunya cari ilmunya dan seterusnya. Jika kurang itu ada urusan dengan pasangan karena marah-marah, maka urusan ini BUKAN hanya pikiran tapi campur dengan perasaan. Sekali pun dirayu pasangan kita belum tentu menyelesaikan masalah kurang uang. Menyuruh pasangan untuk sabar bisa saja urusan selesai tapi hanya sementara. Masalah pasangan hanya bisa diselesaikan dengan memberi uang.
Out of box adalah berpikir bahwa kekhawatiran itu adalah urusan hati. Bukankah hati kita yang khawatir ? Bagaimana urusan khawatir itu kita sambungkan dengan hati dan Allah ? Emang urusan selesai dengan hati dan Allah (urusan uang dicukupkan). Buat apa kita sambungkan ke hati dan Allah ? Agar saat terrkoneksi (sadar) membuat kita mendapat petunjuk yang benar, dan kita tetap terus menggali ilmu yang benar untuk sesempurna mungkin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan kita. Allah ada cara yang sederhana yaitu beriman sepenuhnya kepada Allah, lalu tidak pasrah tapi kita pasrah kepada Allah dengan menjalankan apa yang diperintah dan dilarang, dan banyaklah beramal saleh
Berzikir menenangkan jiwa (hati), banyak beramal membuat hati bahagia dan perasaaan senang, banyak ibadah bisa menentramkan pikiran dan hati, bahkan saat berpikir masa depan berarti berpikir tentang hari ini yaitu apa yang kita kerjakan hari ini buat hari esok.
Ayo kita banyak merenungkan dan beramal saleh agar mendapat petunjuk dan keberuntungan dari Allah. 

Ketakutan atau khawatir vs beriman

Judul di atas kami angkat sebagai materi motivasi yang mesti kita perhatikan. Bisa dibayangkan saat kita sedang khawatir atau takut dengan masa depan kita. Khawatir bulan depan masih kerja apa nggak, bulan depan masih hidup lebih layak atau memang hari ini tidak punya uang untuk makan sehingga membuat kita semakin khawatir dan takut ... "kelaparan", "kekurangan" atau "mati".
Fakta seperti itu dapat kita lihat disekitar kita, yaitu orang yang mengemis atau meminta-minta, pekerja lepas, mereka tidak memiliki pekerjaan atau orang yang banyak hutangnya (pendapatannya tidak cukup). Suasana di rumah menjadi masalah, mau ngapa-ngapain jadi malas.Mau kerja ? yah pasti kerja tapi tidak membuat kita mendapatkan hasilnya sekarang. Mau cari tambahan, gemana caranya ? kerjapun hanya ala kadarnya dan tidak tuntas. Wajah suram ... Menunggu petunjuk dengan Berdoa dan minta tolong teman.
perhatikan katanya kita beriman kepada Allah, salah satunya adalah percaya kepada Allah yang Maha Memberi rezeki. Berpikir sederhana dan mudah aja adalah kita percaya berarti kita pasti berserah diri kepada Allah dengan jalan mengikuti petunjukNya agar Allah berkenan memberi rezeki. Sebagai hamba pasti ada kekhawatiran tidak diberikan rezeki tapi kekhawatiran itu dioptimiskan dengan percaya kepada Allah. Dalam beberapa terjemahan Al Qur'an ada kalimat "saat kita percaya kepada Allah dan beramal saleh maka tidak ada kekhawatiran dan tidak merasa sedih". Hati-hati bahwa semakin besar kekhawatiran membuat rasa percaya (beriman) itu berkurang. Semakin maksimal khawatir semakin tidak beriman yang bisa membuat kita "bunuh diri", tidak ada pegangan lagi. Gemana kalau jika beriman yang kuat ? Dengan iman yang benar melalui amal saleh yang kita lakukan tidak membuat kita 100% optimis (sombong). Optimisme untuk sebuah harapan dari Allah menjadi bagian dari iman kita dan rasa pesimisme kita tetap ada dalam rangka merasa apa yang kita lakukan tidak sempurna dan ingin selalu disempurnakan sampai datangnya ridha Allah.
Kehidupan diatur Allah maka apapun yang terjadi yang kita alami adalah bagian pengaturan oleh Allah. Pengatiran Allah aturan dituangkan dalam petunjukNya dengan konsep beriman sepenuhnya dan beramal saleh. Solusi atas kekhawatiran atau ketakutan kita dapat menerapkan penjelasan di atas. Bagaimana khawatir itu tidak semakin kuat ? Mari tingkatkan keimanan kita kepada Allah dengan memahami Allah dengan benar lewat Al Qur'an dan selalu beramal yang saleh. Semakin kuat iman kita semakin kta percaya Allahlah yang Maha Memberi rezeki dan kekhawatiran itu semakin kecil. Kekhawatiran itu tetap ada agar mengajak kita untuk selalu banyak beramal saleh dan menyempurnakannya sampai Allah berkenan. Banyak beramal dan menyempurnakannya mesti menuju kerja yang ikhlas, belajar dengan ilmu yang bisa menyelesaikan tuntas pekerjaan (amal) kita dan dibarengi sikap sabar. Percaya dan yakinlah bahwa saat kita berbuat amal saleh dengan memberi tenaga, waktu, pikiran, materi MAKA ALLAH SIAP MENGGANTIKAN DENGAN KEBAIKAN YANG LEBIH BAIK. Just do it.

Bebek dan Ayam bermain

Jika ada bebek dan ayam bertemu, maka keduanya bingung mau ngomong apa. Hal ini disebabkan karena bahasanya tidak sama, bahasa bebek dan bahasa ayam. Tapi bebek dan ayam bisa bermain bersama dengan bahasa baru, bahasa isyarat. Sekalipun ada hambatan dalam berkomunikasi maka bebek dan ayam bisa bermain bersama atau berjalan bersama dan aktivitas lainnya
Seorang bule datang berbelanja di pasar, belanja ikan. Maka penjual ikan jadi bingung dan rada takut karena tidak tahu bahasa bule. Mari kita cari apa yang samanya ? Orang Bule ke pasar buat beli ikan. Maka penjual ikan tak perlu khawatir, ternyata bicara aja apa yang dijual atau menunjukkan ikannya. Bukankah ikan yang dimaksud orang bule sama dengan ikan yang dijual di pasar. Lalu berat tidak perlu takut timbangannya pun dapat ditunjukkan pada angka yang terbaca tanpa bahasa bule.
Itulah yang sering terjadi dalam banyak kehidupan kita. Jika kita yang punya kepentingan kepada seseorang, maka kita mesti menggunakan bahasa orang tersebut atau secara alamiah bisa bersama dalam berbagai aktivitas sekalipun kendala bahasa.
Dalam agamapun banyak orang berpikir tidak bisa bersatu antara paham satu dengan yang lain, BUKANKAH tuhanya satu yaitu Allah. Orang Arab dan orang indonesia bisa shalat bareng, bisa saling membantu dalam kesulitan dan banyak hal lagi yang baik yang bisa dilakukan. Mengapa kita berpikir yang tidak bisa dilakukan karena perbedaan ?
Dengan seorang wanita kita yang pria sudah berbeda, kita dengan asal daerahnya sudah beda, kita dengan pendidikannya sudah beda, kita dengan latar belakang keuarga juga beda, kita dengan sifat dan karakternya berbeda ... dan banyak lagi. Tapi jika kita mempunyai tujuan yang sama maka perbedaan itu tidak ada lagi.
Berbuat baik itu sulit, karena kita memikirkan di luar berbuat baik itu. Orang sabar itu susah karena orang berpikir mana tahan dengan sabar, jujur itu tidak dihargai karena kita jujur buat orang lain bukannya jujur itu ikhlas, mau tersenyum aja kita mikir karena dia sih cuek kalau disenyumin, maknanya bahwa Allah mengajak kita untuk tidak melampaui batas, jika makan itu baik tidak berlebih maka janganlah kita melampaui batas dengan makan berlebih. Bukankah kita bisa berpikir makan yang sedikit tapi mengenyangkan, makan yang bergizi dengan sayuran dan lauk tempe/tahu sudah lebih dari cukup dibandingkan dengan daging yang mahal. Tujuan kita ingin berbuat baik maka pikirkan apa yang bisa kita lakukan agar bisa berbuat baik BUKAN diluar itu (melampaui batas).
Inssya Allah kita diberi kemampuan untuk mendapatkan petunjuk dan tidak melakukan sesuatu di luar batas. Aamiin

Kesalahan dan banyak amal

Boleh dong kita fokus sebentar …. Ambil gelas dan isi gelas dengan air susu (putih). Lalu tumpahkan beberapa tetas betadin maka warna air di dalam gelas menjadi merah. Bagaimana caranya untuk membersihkan tetesan betadin di dalam air susu tadi ?
1.       Buang semua air di dalam gelas dan menggantinya dengan air susu yang baru
2.       Menambah air susu lagi sebanyak-banyaknya sampai air menjadi sedia kala (tetesan betadin hilang)
Gambaran gelas dan air susu itu seperti hati kita yang dulunya bersih menjadi kotor saat kita melakukan dosa atau kesalahan. Sedikit saja kesalahannya membuat sulit untuk menormalkannya lagi, butuh energi dan tindakan yang banyak dan terus-menerus. Bisa dibayangkan dengan banyaknya kesalahan yang kita buat membuat hati ini sulit untuk difungsikan .. dengan kata lain hati kita sulit untuk menerima petunjuk kecuali ada kekuasaan dan kehendak Allah.
Secara logika sulit membuat hati jadi bersih lagi, maka tidak ada lagi langkah lain dengan terus-menerus melakukan kebaikan yang sungguh-sungguh dan berdoa agar Allah memberi rahmatNya kepada hamba yang kehendakiNya. Bahkan disaat kita baru memulai dengan sungguh-sungguh dimana Allah yang Maha mengetahui isi hati kita bisa dengan kehendaknya untuk menyempurnakan hati kita yang kotor.
Selalu ada harapan, bayangkan kita berkata yang baik setiap saat, ibarat air susu yang dimasukkan lagi ke gelas …. Insya Allah hati kita menjadi semakin bersih.
Bagaimana dengan pikiran kita ? Insya Allah otak kita semakin dalam ilmunya dan memudahkan kita untuk beribadah dan beramal yang banyak.

Insya Allah ya Rahman ya rahiim selalu mengingatkan kita untuk selalu membersihkan diri, hati dan pikiran dan kita pun dimampukan melakukannya dengan sungguh-sungguh. Aamiin

Wajib belajar

Ada pesan yang menarik dari Al Qur'an,"janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuannya. Karena pendengaran, penglihatan dan hati diminta pertanggungjawabannya". Suatu hari kita pernah mengalami kejadian seperti ini,"kenapa mas kok salah terus sih dengan pekerjaan yang sama ?" dan jawabannya "ngga ada yang ngajarinnya". Salah ngga ? Ngga salah sih .. karena memnag tidak tahu maka pekerjaannya jadi salah terus. Ditambah lagi," saya kan ngga sekolah tinggi dan yang pintar lah yang punya tanggung jawab ngajarin saya"
Pesan di atas mengingatkan kita untuk bisa melihat bahwa kesalahan itu menandakan kita belum memiliki ilmu yang cukup untuk mengerjakan sesuatu ... lalu bukan berarti membiarkan kita terus begitu. yang tersirat mengajak kita untuk menjawab pesan di atas agar setiap pekerjaan itu membutuhkan ilmu dan soal ilmu itu hanya bisa diperoleh dimulai dari diri kita sendiri.
Mulailah mencari tahu mengapa kita salah ? pertanyaan inilah yang mengajak kita ingin belajar dan bertanyalah kepada mereka yang tahu dan paham ilmunya.
Bisa jadi faktanya memang kita malas belajar dan membiarkan keadaan ini terus berlangsung. yang disalahkan adalah orang lain yang tidak mau membantu dan support. padahal kita lah biangnya. Kita lebih suka mencari alasan yang membenarkan keadaan yang membuat kita tidak ingin belajar.
Pertama yang mesti kita lakukan adalah mensyukuri pendengaran, penglihatan dan hati ... memelihara agar tetap berfungsi dengan baik, caranya ya harus sering dipergunakan setiap saat.  lalu yang kedua adalah memaksimalkan potensi ketiga indera itu agar mampu memahami pengetahuan dari apa yang kita kerjakan. Yang ketiga adalah tetap terus mengevaluasi dan memperbaiki pengetahuan semakin baik.
Begitulah pemahaman saya tentang pesan di atas. pastilah ada hal lain yang menyempurnakan hikmah dari pesan di atas. Insya Allah kita selalu dibukakan hati untuk bisa menerima kebenaran dan siap menjalaninya. Aamiin

Waktunya SAMA

Kesungguhan kita dalam beramal saleh terus diuji dengan berbagai godaan dari syetan. Terkadang godaan itu tidak terlihat dari syetan lagi karena sudah rutin sebagai sebuah kebutuhan. Awalnya kita ingin sedekah dengan nilai tertentu (yang lebih banyak), tapi karena godaan syetan jadilah sedekahnya hanya Rp 2.000 yang penting ikhlas. Apa yang terjadi selanjutnya, kita menjadi biasa bersedekah terus Rp 2.000 dan jika ditanya ikhlas nggak ? Yang penting ikhlas.
Perhatikan waktu yang kita habiskan untuk bersedekah Rp 2.000 dan bersedekah Rp 10.000 adalah sama dan sama-sama ikhlas. Jika pakai logika maka kita memilih Rp 1.000 dengan alasan ekonomis, dan jika pakai hati ... memilih Rp 10.000 karena belum tentu masih ada waktu lagi buat kita bersedekah.
Renungkan sesaat ... iya ya. Mengapa begitu ? Karena ibadah dan amal saleh itu mestinya menggunakan hati (atau menghidupkan hati). Banyak professor yang tahu Islam dan banyak pula yang hafal Al Qur'an serta banyak pula orang yang sudah shalat dan puasa... bisa jadi semua itu karena mereka hanya menggunakan logika saja dan tidak menghidupkan hatinya. Berita tentang orang Islam yang banyak korupsi, bunuh diri dan berbuat kejahatan bisa menunjukkan bahwa hatinya tidak hidup.
Bayangkan lagi waktunya sama, berbuat baik dan berbuat buruk. Berbuat baik dengan sedekah itu sama waktunya dengan berbuat buruk dengan merampok. Allah berfirman, tidak sama orang yang berbuat baik dengan orang yang berbuat buruk.
Demi masa semua orang merugi kecuali yang beriman dan beramal saleh. Mari kita bersyukur dengan mengisi waktu kita dengan banyak beriman dan beramal saleh.
Bagaimana dengan shalat kita yang mau cepat-cepat selesai karena ada tugas yang mau diselesaikan ? Benarkah kita shalat yang hanya 3 menit saja dan setelah shalat pun kita tidak langsung bekerja yang luar biasa. Apakah kita mau mengorbankan waktu yang 3 menit demi pekerjaan atau kita BERANI shalat lebih lama lagi 5 menit saja demi Allah ? 
jangan sampai kita menjadi biasa shalat "cepat selesai" dan BERANIkan diri untuk shalat yang tenang demi Allah.
Insya Allah kita selalu diberi kemampuan untuk berani beriman dan beramal saleh. Aamiin

nggak pake zikir juga sukses

Seringkali kita melihat dan membandingkan diri kita dengan orang lain. Yang terlihat orang lain sukses tanpa menjalani apa yang kita kerjakan dan kita sendiri belum sukses. Yang gampang bagi kita untuk menilai adalah cara kita salah dan yang sukses itu benar.
Contoh dalam kehidupan, bisa jadi kita bertanya,"kok yang nggak shalat sukses sedangkan yang shalat belum sukses ?" atau Anda juga yang bilang zikir itu baik untuk mengingat Allah,"jika zikirnya banyak maka banyak kebaikan (diberikan kesuksesan), tapi ternyata hasilnya tidak demikian ?" Logika yang bercampur emosi dengan mudah menilai sebagai berikut
1. Zikir/shalat dan kesuksesan tidak ada hubungannya. Mau sukses ? Kerja yang luar biasa dan zikir ya zikir aja, bahkan ada yang nggak zikir sukses.
2. Zikir/shalatnya ada yang salah/kurang sempurna
Apa yang kita bisa ambil hikmahnya ? Hikmah yang bisa memotivasi diri kita untuk semakin baik. Motivasi Islam menjadi yang utama agar motivasi spiritual kita menjadi sangat kuat dan berada dalam tindakan yang benar.
Hikmahnya, tidak perlu kita membandingkan apa yang sudah kita kerjakan dengan apa yang sudah dikerjakan sama orang lain. Penilaian kita hanya sebatas tampilan bukan pada niat dan hatinya, dan sekali lagi kita hanya melihat beberapa kali saja dan ada tindakan lain yang tidak terlihat oleh kita.  Maka Allah yang Maha Mengawasilah yang tahu semua tindakan seseorang dan bahkan tahu niatnya. Perbandingan yang kita buat itu sangat rendah dari kebenaran, dan Allah lah yang Maha bisa menilai semuanya.
Yang kita bandingkan cenderung dari hasil yang diperoleh dan beberapa tindakan yang terlihat. Hasil sangat tergantung pada apa yang dikerjakan. Apa yang dikerjakan menjadi mutlak penilaiannya dari Allah. Jadi tak perlu juga kita membandingkan karena hak membandingkan hanya milik Allah.
Jadi saat kita zikir dan hasilnya tidak sesuai harapan kita, maka perlu disikapi dengan merenungkan niat kita. Jika memang kita berzikir meminta sesuatu ... bukankah ini menunjukkan kita berzikir karena Allah tapi karena mohon dikabulkan permintaan kita.
Renungkan ... jika zikir itu menenangkan hati, maka periksa ketenangan hati kita. Jika kita gelisah berarti ada yang salah dengan zikir kita.
Teruslah berzikir tanpa melihat kuantitas zikir dan orang lain dapatkan. Ukurlah nilai zikir itu dengan hati kita sendiri. Kuatkan kami ya Allah untu terus berzikir lewar amal dan lisan kami. Aamiin

Jika sukses bukan dari izin Allah

Banyak orang mengatakan bahwa kesuksesan tidak tersambung dengan urusan Allah, sukses itu harus pintar atau harus kerja keras atau keberuntungan. Jika memang sukses itu bukan dari izin Allah, mengapa banyak orang tidak sukses ? Bukankah mereka yang mengejar sukses itu sudah maksimal untuk pintar dan sudah maksimal pula untuk bekerja keras. Apakah yang belum sukses itu belum beruntung ?
Jika kita sudah pintar, bukankah masih ada lagi yang lebih pintar ... maka apakah kita tidak bisa sukses ? lalu apakah orang paling pintar saja yang sukses ? bagaimana dengan mereka yang tidak pintar ? Disinilah Allah adil memberikan izinNya. Ada orang pintar yang sukses dan ada pula mereka yang kurang pintar sukses juga.
Jika sukses itu bukan dari Allah, maka muncul dua sikap .... yaitu ada orang yang tetap percaya kepada Allah dan berharap kehidupan akhirat lebih baik tapi tidak sukses. Dan ada orang yang mau sukses maka dia bekerja tanpa Allah dan bahkan tidak mengikuti petunjuk Allah. Bukankah Allah mengurus makhluknya baik di dunia dan di akhirat. Dan Allah menjanjikan bagi mereka yang ingin izin Allah dengan mengamalkan petunjukNya maka dibalas dengan kebaikan di dunia dan di akhirat.
Bisa dibayangkan jika kesuksesan itu bukan dari izin Allah maka bisa "berantakan" kehidupan di dunia ini, semakin banyak orang menghalalkan segala cara untuk sukses.
Jika kesuksesan itu kita mulai dengan bekerja luar biasa untuk Allah, maka motivasi dan semangat menjadi sangat luar biasa tanpa henti. Allah menyempurnakan semua kerja kita agar memberi hasil yang kita inginkan (kesuksesan). Masak sih Allah tidak mengizinkan kita yang sudah bekerja untukNya ?
Mari berpikir dan bertindak bahwa Allah mengizinkan segala sesuatu terjadi, maka sepantasnyalah kita berpikir tentang Allah dan mengamalkan apa yang diinginkanNya (bekerja ikhlas). Insya Allah kita diberi kekuatan untuk selalu sadar kepada Allah dan menjadi sangat yakin dan percaya kepadaNya. Aamiin

Berlatih sabar

Sabar sudah menjadi kata yang sering kita ucapkan. Saat temen bilang,"ayo cepetan ... ntar terlambat". Dan dengan sigap kita pun menjawab,"sabar kenapa ?". Dilain peristiwa kita pun menerima nasehat,"sabar ya dengan keadaan sekarang, dan Insya Allah sabar itu berbuah manis". Orang marah atau sangat emosional, kata "sabar" sudah jadi paket yang disampaikan orang lain kepadanya.
Semua orang hampir pasti tahu makna sabar, diantaranya sabar diartikan "jangan marah" atau sabar dimaksudkan untuk kita menunggu hasil yang diharapkan. Hampir pasti bahwa kata sabar kita sampaikan kepada orang lain sebagai nasehat, dimana orang tersebut lagi tidak sabar. Apa yang terjadi ? Komunikasi dari 2 pihak tersebut "tidak connect" karena yang satu lagi emosi dan yang satu tidak emosi dan bisa terpancing emosi.
Pernahkah kita terpikir untuk menasehati diri sendiri untuk sabar ? Pastilah menasehati diri sendiri terjadi saat kita sedang tidak emosional. Kondisi yang sangat kondusif untuk menjadikan kita sabar. Dan menasehati orang lain untuk sabar tetap terus kita sampaikan.
Di awal pastilah pikiran dan perasaan kita begitu kondusif untuk bersabar. Dan saat marah, hal tadi kalah sehingga kita marah lagi. Kalau ini yang terjadi maka lakukan terus kesadaran kita untuk sabar ... dan masih terjadi tidak sabar karena hal itu sudah menjadi kebiasaan. Merubahnya perlu waktu dan latihan. Jadi tetaplah bersabar dalam berlatih sabar.
Saat kita sabar, ada saja godaan dan ransangan untuk tidak sabar dengan berbagai alasan yang logis,"gemana mau sabar, sedangkan dia aja suka marah sama saya".Tapi TETAPLAH BERSABAR.
Saat kita sudah merasa mampu bersabar pun masih ada rayuan untuk tidak sabar,"buat apa sabar dan yang lain saja nggak gitu, Capek". Tapi TETAPLAH BERSABAR
Dan saat kita sudah merasa biasa bersabar, "kok sampai kapan ya saya harus bersabar, katanya Allah bersama orang yang sabar". Kalau begitu kita hanya belajar bersabar terus agar waktu menunggu (yang bisa merusak kesabaran) .. tidak jadi fokus.
SUDAH MEMBIASA SABAR pun tidak luput dari godaan agar tergelincir menjadi tidak sabar. Orang sabar bisa bikin bangga diri dan sombong ... Lalu TETAPLAH BERSABAR dan memurnikan niat hanya kepada Allah.
Insya Allah semua perjalanan menjadi sabar itu disempurnakan Allah dengan kekuasaan dan kekuatanNYA. Aamiin

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...