Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Saya tidak mau beriman

Judul di atas kayaknya nggak bener, tapi jangan protes dulu. Jika didalami dan melihat fakta pada diri kita atau kebanyakan orang, maka rasanya kita melakukannya. Melakukan apa ? Hampir banyak hal yang kita lakukan itu bernilai tidak beriman. Yang paling sederhana adalah kita tidak memanfaatkan waktu dengan hal baik. Memilih santai atau istirahat dibanding dengan berbuat kebaikan.
Bisa jadi Anda protes, tapi saya tunjukkan masih banyak hal negatif kita lakukan seperti berbuat zalim atau berbohong dan sebagainya. Bukankah semua itu adalah perbuatan dimana kita lagi tidak beriman ? 
Jika ditanya mau beriman nggak sih kita ? Jawabannya iya. Tapi seperti keinginan untuk beriman itu hanya lisan saja dan tidak melakukan upaya yang besar untuk beriman. Bahkan kita bilang,"mengalir aja". Contoh kemauan kita untuk beriman tidak ditunjukkan oleh keinginan kita untuk meningkatkan ibadah seperti shalat. Pernahkah dan seberapa sering kita berupaya untuk meningkatkan kualitas shalat ? Atau lebih detail lagi, adakah kita membaca pengetahuan tentang shalat yang semakin baik ? Ternyata kemauan tinggal hanya kemauan, tapi tidak diikuti upaya yang serius untuk melaksanakannya. Dengan demikian apa yang kita lakukan selama ini bisa jadi kita "tidak" mau beriman.
Disisi lain kalimat "saya tidak mau beriman" bermakna positif bagi otak. Karena kata "tidak" tidak membuat kita tidak beriman ... Yang membuat kita penasaran bahwa mengapa mau beriman ? Dalam hal ini saya contohkan, anak kecil jika dilarang "tidak boleh naik tangga" maka bagi anak itu diterjemahkannya malah "boleh naik tangga". Banyak berita buruk tentang Islam di dunia Barat, tapi ternyata bukan membuat dunia Barat benci Islam tapi malah banyak orang yang masuk Islam. Jadi kalimat "saya tidak mau beriman" bisa mendorong kita penasaran untuk mau beriman.
Apakah "saya tidak mau beriman" ? Saya yakin kita yang muslim menjawab "tidak", saya mau beriman. Kalimat pertanyaan jauh bermakna semakin baik dibanding kalimat "saya mau beriman". Jawaban atas pertanyaan membuat pikiran mencari jawabannya berupa apa yang sudah kita lakukan. Dan jawabannya belum ada, maka pikiran terus pikiran untuk menjawabannya dengan perbuatan. Akhirnya kalimat menjadi "saya mau beriman". Ada banyak cara menuju roma dan ada banyak cara untuk beriman asal mengikuti petunjuk Allah. Insya Allah kita dibimbing untuk selalu membaca Al Qur'an sebagai petunjuk agar pikiran kita selalu didorong untuk mengamalkannya. Aamiin

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...