Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Belajar dari orang Bodoh

Seringkali kita merasa pintar karena tahu lebih dulu tentang sesuatu, dan jangan lupa kepintaran itu adalah bukan sekedar kita telah belajar tapi karena masih ada orang bodoh disekitar kita. Jika ada seorang murid bisa menjawab 100 pertanyaan matematika dengan benar, maka belum tentu murid itu pintar. Dikatakan pintar jika tidak ada murid lain yang bisa menjawab 100 pertanyaan.
Pintar adalah ukuran relatif terhadap orang lain yang tidak pintar. Bagaimana jika kita pintar satu ilmu ...lalu apakah kita disebut pintar ? bisa jika dibandingkan sama yang tidak tahu ilmu itu di sekitar kita. Lalu kepintaran itu menjadi tidak ada nilainya saat kita bertemu orang yang sudah tahu dan bahkan lebih pintar lagi. Kalau begitu kita tidak boleh sombong dengan kepintaran kita karena selalu ada yang lebih pintar lagi.
Lalu bagaimana kita bersikap tentang kepintaran itu ? Kepintaran bisa memberi motivasi kita belajar untuk lebih pintar dari orang lain, tapi bisa juga merasa minder menghadapi orang pintar. Sebaiknya tidak perlu membandingkan ilmu yang kita miliki (pintar) dengan orang lain tapi jadilah orang yang pintar menerapkan ilmu (kepintaran) itu dalam amal saleh yang memberi kebaikan bagi banyak orang. Artinya kita tidak perlu merasa pintar tapi benar-benar serius untuk menerapkan ilmu sekalipun sangat sedikit dengan amal saleh.
Siapakah yang hebat antara orang pintar dan orang bodoh ?  Atau seperti cerita perlombaan kancil dan kura-kura, dimana yang menang adalah kura-kura. Apa yang bisa kita pelajari dari orang bodoh :
1. Orang bodoh pastilah ilmunya tidak banyak, maka dia hanya mampu mempraktekkan ilmu yang sedikit yang dia miliki. Artinya dia lebih fokus bekerja daripada menambah ilmu untuk jadi pintar. Bagaimana dengan orang pintar ? Cenderung terus menambah ilmu dan sombong sehingga lalai bekerja (amal saleh).
2. Orang bodoh itu menjadi pintar dengan belajar dari kesalahan atau kegagalannya sehingga apa yang dia kerjakan selalu semakin baik setiap hari. Bagaimana dengan orang pintar ? Rasanya ilmu yang dimiliki hanya dianalisa dan dikembangkan sendiri (teoritis) dan menganggap ilmunya sudah paling hebat, padahal belum terbukti.
3. Orang bodoh memiliki motivasi besar untuk menjadi pintar, tapi sebaliknya orang pintar tidak cukup motivasinya untuk lebih pintar.
4. Orang bodoh menjadi lebih rendah hati dibandingkan orang pintar.
Dalam Al Qur'an orang yang bodoh karena ketidaktahuannya bisa dimaafkan, tapi sampai kapan dimaafkan ? Ketidaktahuan (kebodohan) itu mestinya mendorong kita untuk belajar terus agar semakin tahu. Semakin tahu membuat kita semakin yakin (beriman) dan semakin mendorong kita untuk mempraktekkannya (beramal saleh), begitulah rangkaian kata "beriman dan beramal saleh" itu tidak bisa dipisahkan.
Di ayat yang lain, seorang yang bertaqwa saja bisa berbuat salah. Maka orang yang bertaqwa itu sudah mengamalkannya dan salah. Artinya orang bertaqwa itu selalu belajar dan memperbaiki kesalahannya. Uraian dua paragraf terakhir ini merupakan sikap positif dari orang bodoh. Sudahkah kita merenungkan kebaikan dari orang bodoh ? Bukankah orang bodoh itu selalu dikaitkan dengan kesalahan atau kegagalan. tapi mereka selalu belajar untuk semakin baik.
Alangkah indahnya saat kita tahu dan sudah mengamalkannya, lalu tidak merasa pintar. Dalam hal ini kita tidak perlu membandingkan kepintaran kita kepada orang lain, tapi selalu melihat ke dalam diri untuk mengetahui hal lain yang belum kita ketahui. Bukankah tidak perlu melihat seseorang itu lebih bertaqwa dari orang lain, tapi teruslah bertaqwa untuk yakin kepada Allah dan beramal saleh.
Insya Allah kita diberi petunjuk untuk selalu belajar dan beramal saleh. Sadari dan mampukan kami untuk menjalaninya. Aamiin

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...