Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Apa yang Anda hasilkan hari ini ?

Banyak dari kita hanya fokus bekerja dan bekerja. "Yang penting kerja", ucap kita. Memang tidak ada yang salah, tapi saat ditanya,"apa hasilnya ?". Jawaban ini mungkin masih bisa menjawab "ada". Terus apakah pekerjaan yang sudah dilakukan menambah nilai tambah bagi kita ? Apakah lebih berilmu atau apakah lebih cepat atau apakah lebih bermakna atau apakah lebih hebat dan sebagainya ? Jika ada jawaban dari salah satunya maka pekerjaan itu memberi kebaikan bagi kita untuk menjadi semakin baik. Ingat jawaban itu dijawab sendiri dan tidak perlu diinfokan ke orang lain agar jawaban kita lebih jujur.
Jika pertanyaan di atas tidak memberi jawaban positif, maka apa yang kita kerjakan menunjukkan pekerjaan rutin saja. Mengerjakan hal yang sama dan hasil yang sama alias tidak ada yang berubah. Renungkan lebih lanjut .... Agar kita menjadi manusia yang bersyukur dengan qpa yang sudah kita miliki.
Perhatikan pula untuk menjawab lebih lanjut pertanyaan berikut, apakah yang sudah kita kerjakan itu memberi kebaikan pula bagi banyak orang ? Jika iya berterima kasihlah kepada Allah. Dan jika hanya untuk kebaikan kita sendiri maka semua itu sangat sedikit berkahnya.
Cukupkah sampai disitu ? Mestinya tidak demikian. JawabLah pertanyaan pamungkas, apakah apa yang sudah kita kerjakan itu mampu semakin menambah keimanan atau kedekatan kita kepada Allah ? Jika iya, maka berbahagialah kita telah menjadi hamba Allah yang bersyukur atas nikmat iman.
Mari kita renungkan semua hal di atas agar mampu memotivasi diri agar menjadi manusia spiritual yang benar. Motivasi spiritual menjadi kunci bagi kehidupan kita.

Orang Berani

Banyak orang bilang,"dia hebat loh udah bisa dagang". Begitulah komentar orang yang tidak punya keberanian. Bahkan orang pintar banyak berkomentar,"dagangannya kurang bagus harusnya begini dan begitu". Fakta membuktikan orang berani itu terus berdagang dan bisa menghidupi diri dan keluarganya.
bagaimana dengan kita ? yang hanya memberi komentar ini dan itu, bahkan suka memberi saran saja. Si Berani tadi senang mendengarkannya dan menjalankan semua komentar dan saran agar dagangannya semakin maju. Dan sekali lagi, kita tetap di tempat.
Soal ilmu dan kemampuan sudah kita miliki dan bahkan modal pun cukup, tapi hanya tidak punya keberanian membuat kita tidak memulai dagang/bisnis untuk hidup mandiri. Keberanian tidak bisa dicari seperti ilmu dan kemampuan, maka kita yang merasa dengan ilmu dan kemampuan membuat kita berani untuk berdagang ... ternyata salah.
Keberanian itu tidak banyak didukung oleh ilmu dan kemampuan yang mumpuni. Bisa jadi keberanian itu karena memang lemahnya ilmu dan kemampuan sehingga mendorong untuk berdagang/berbisnis. Setelah berbisnis mulai jalan mereka pun menambah ilmu dan kemampuannya. mari belajar untuk berani ... mandiri bagi kehidupan kita.

Bekerja ikhlas tanpa batas

Dalam bekerja ditafsirkan banyak orang untuk mencari uang. Pada sebagian karyawan berusaha bekerja luar biasa untuk menambah pundi-pundi uangnya, tapi sebagian lain pundi-pundi uang itu tidak bertambah karena hanya menerima gaji saja.
Apa yang terjdi ? Sebagian yang pertama menjadikan bekerja selalu diukur dengan uang. Ada uang ada kerja yang bagus. Atau mau kerja yang lebih baik lagi hasilnya ? Maka ada ukuran yang didapat sebagai pemicunya. Sah-sah saja, tapi jika kita renungkan orang seperti ini hanya dibutuhkan saat mereka diperlukan saja dan saat mereka tidak produktif ya bisa disingkirkan.
Pada sebagian yang lain yang bekerja tidak memberikan tambahan banyak pada pundi-pundi uangnya, mereka yang seperti ini pun sama bekerjanya sesuai SOP atau bekerja apa adanya. Mau lebih hebat kinerjanya, naikin dulu gajinya. Alhasil tidak jauh beda dengan mereka yang orientasi uang. Dan menjadi karyawan yang disayang jika penurut dan jika bermasalah dengan kinerja pastilah menjadi karyawan yang dicuekin.
Salah satu solusinya dalah bekerja ikhlas, bekerja bukan lagi sekedar cari uang tapi bekerja untuk mengabdi keapda sang Pencipta. Dan perusahaan tempat kita bekerja adalah wadahnya dan hasilnya kerja ikhlas memberi efek kebaikan bagi perusahaan. Bekerja ikhlas itu membangun sikap positif dengan kesungguhan, mau belajar untuk menghilangkan rintangan, mau menembus batas waktu dan keterbatasan dan yang pasti menjadi asyik dengan pekerjaan yang dijalani. Tidak ada stress. Mau ? Kita tidak butuh biaya dan tidak apapun Hanya mengerjakan yang sama dengan niat kepada ikhlas kepada Allah. Mari jadikan hal ini sebagai motivasi diri yang dibangun dengan motivasi spiritual yang membawa kita kepada kebaikan.

Harapan itu kosong

Banyak orang menciptakan harapan dan menjadikan harapan sebagai motivasi untuk mengerjakan sesuatu. "Masih punya harapan nggak ?" Jika kita menjawab tidak, maka kita pun sudah tidak mau mengerjakan apa-apa lagi dan cenderung pasrah. Apakah harapan itu bisa hilang ? 
Harapan adalah sesuatu yang tidak nyata sebagai gambaran kita tentang keadaan masa depan yang ingin kita raih. Semakin besar harapan semakin besar tindakan yang kita lakukan dan harapan seringkali menjadi pegangan hidup. Oleh karena itu harapan itu tidak pernah hilang/kosong tapi yang kita anggap tidak ada harapan lagi itu adalah tindakan kita tidak mampu menuju harapan itu.
Jadi tidak ada yang salah dengan harapan, karena ada sesuatu yang tidak mungkin bisa terjadi. Yang pasti kita tidak boleh berhenti melakukan sesuatu secara kuantitatif maupun kualitatif. Seperti orang berjalan, maka berjalan satu langkah itu sudah mendekatkan kita satu langkah kepada harapan kita. Kesungguhanlah yang menuntun kita selalu mengatakan harapan itu selalu masih ada.
Hidupkan harapan itu dengan selalu memotivasi diri untuk menjadi semakin baik hari ini lewat tindakan yang terarah sekalipun pelan. Bukan persoalan jika harapan itu tidak tercapai, tapi menjalani langkah demi langkah sudah menapaki harapan itu.

Kebahagiaan yang semu

Tak banyak orang yang betul-betul bahagia. Ada seorang ibu dan anaknya di mall hanya icip-icip makan saja tidak mau berdiri dan mengambil posisi duduk. Begitu luar biasa kebiasaan makan yang diajarkan Allah yang memberi banyak kebaikan. Saat itu bagi saya kok aneh ya. Ternyata tidak.
Dia hanya menjalankan petunjuk dengan konsisten dan Insya Allah ibu itu merasakan kebagiaan yang luar biasa. Bukan lagi kebahagiaan semu seperti ditunjukkan oleh banyak orang dan bistermasuk kita didalamnya, yaitu terus beraktivitas tanpa banyak amalan yang dilakukan sesuai Al Qur'an dan Hadist.
Petunjuk Allah tidak mengenal waktu dan tempat serta keterbatasan apapun, semua menjadi mudah bagi mereka yang mau melakukannya. Sudahkah kita melakukan satu hal kecil saja sesuai Petunjuk Allah ? Saling mengingatkan kepada kebaikan menjadi awal petunjuk untuk sadar spiritual kepada Allah.
Ya Allah beri kami petunjuk sempurnaMu dan jadikan kami mampu mengamalkannya. Aamiin

Jika ada maka ada

Ada nasehat yang baik dari seorang temen,"belajarlah biar nanti pintar". Kedengarannya sih standard nasehat itu, apalagi jika anda udah pada gede. Pastilah anda bilang,"semua orang juga tahu". Lah terus artinya apakah anda sudah mengerjakannya ? Jawabannya,"belum"
Isi nasehat selalu baik dan ditujukan kepada orang yang lagi "tidak baik". Orang dinasehati itu pun seringkali mengatakan,"saya sudah kerjain tapi hasilnya beda". Dan memang nasehat itu bukan untuk dikerjakan pula saat itu, tapi mereka membutuhkan temen untuk bisa merasakan bersama.
Yang kita telusuri adalah bahasa nasehat di atas,"belajarlah biar nanti pintar" dapat kita tafsirkan pesannya adalah disuruh belajar dan hasilnya pintar. Kalimat ini seperti jika .... maka ...., tapi pada kenyataannya orang belajar belum tentu semakin pintar atau tambah pintar. Pertanyaannya buat apa sih kita belajar ? Jika Kita belajar untuk tahu, maka kita hanya sekedar tahu saja tapi belum tentu pintar menghadapi persoalan yang kita hadapi. Jika kita belajar untuk menyelesaikan persoalan yang kita hadapi maka kita menjadi pintar beneran terhadap persoalan yang kita hadapi. Rumus inipun ternyata tidak berlaku untuk semua orang, ada yang pintar bisa menyelesaikan masalah tapi ada juga orang pintar tidak mampu menyelesaikan masalah.
Hikmah yang dapat kita ambil adalah menjadi bijak jika kita belajar bukan ilmunya dulu tapi belajarlah mengenal masalahnya lalu temukan solusinya. Setiap persoalan yang sebenarnya sudah ditemukan maka solusinya merupakan tindakan sederhana.
Contoh, pengen jadi sabar bukan berarti kita banyak belajar ilmu sabar, tapi belajarlah bagaimana kita menjadi sabar dengan persoalan yang kita hadapi ? Pahami persoalannya dan temukan akar persoalannya. Kita tidak sabar karena ada yang cerewet, bagaimana agar si cerewet tidak cerewet lagi ? Disitulah kita menjadi sabar.
Mari kita belajar dan menjadi pintar untuk memotivasi diri menjadi semakin baik hari ini.

Badai pasti berlalu

Bergantinya malam dan siang, kerja dan istirahat, bangun dan tidur, dan banyak lagi peistiwa yang berganti dan berulang. Bahkan setiap kesulitan lalu ada kemudahan ... Maka sering kali kita mengikuti pola itu. Jika ada kesulitan maka jalani aja nanti juga hilang atau mereda dan kembali lagi seperti biasa. Persepsi ini berkembang menjadi pola pikir kita sampai hari ini. Kondisi ini seperti judul lagu badai pasti berlalu, apakah begitu ?
Lihatlah diri kita sendiri, tanpa banyak usaha untuk menyelesaikan banyak hambatan atau persoalan yang menimpa kita dianggap sebagai ujian dari Allah dan pada saat dicabut ujian itu maka kondisi kita menjadi normal. Kondisi ini hanya Allahlah yang tahu, kita hanya menafsirkan saja. Bisa salah dan bisa benar.
Dari makna tersirat bisa jadi kita diuji agar mampu bersyukur dengan mengembangkan potensi sehingga menjadi manusia beriman. Saat ini kita hanya percaya dengan ujian dari Allah dan Allah itu Maha Rahman dan Rahiim di saat kondisi apapun. Tapi di sisi lain hendaknya kita pun percaya bahwa Allah mempunyai petunjuk untuk diamalkan atas persoalan yang kita hadapi dan pasti janji Allah itu benar jika kita jalani petunjuk itu. 
Contoh saat kesulitan uang, maka kita diuji apakah kita percaya bahwa Allah Maha Pemberi Rezeki ? Dan apakah kita percaya pula apa yang harus kita lakukan dengan yakinlah amal saleh itu menjadi solusinya ? DisiniLah kita diajak oleh Allah dengan kasus by kasus agar kita bisa langsung memahaminya, seperti halnya bedah kasus di dalam dunia pendidikan atau bisnis. Faktanya kita lebih banyak mencari solusi selain dari Allah dan sedikit kurang pede dengan petunjuk Allah. Yang kita jalani untuk bisa dapat adqlah kerja dan ditingkatkannya hubungan komunikasi kepada Allah dengan intensitas tinggi dalam berdoa. Renungkanlah contoh di atas, kesulitan uang juga merupakan ujian dari Allah dan solusinya pun datang dari Allah. Mari berpikir dan menyakini bahwa Allah lah sumber dari segala sumber kehidupan kita.
Kesulitan uang bisa jadi kita selama ini pelit, maka bersedekahlah. Kesulitan uang itu bisa jadi karena kita banyak memperoleh dengan cara yang tidak benar, maka perbaiki cara yang jujur. Kesulitan uang itu bisa jadi karena dosa kita selama ini, maka taubat dan perbanyaklah amal saleh. Kesulitan uang itu bisa jadi karena kita sombong atas apa yang telah kita raih sebelumnya, maka rendahkan hati untuk tunduk kepada Allah. Dan kesulitan uang saat ini bisa jadi memang kita belum mampu menghasilkannya tapi lebih banyak karena faktor pemberian dari orang lain atau bantuan orang lain, maka sadariLah untuk meningkatkan kemampuan yang sebenarnya.
Insya Allah semua itu menjadikan kita semakin baik hari ini dan sekaligus menjadi motivator dalam diri untuk terus menjadi yang terbaik.

Tip sabar

Take a look at @munirhasanbasri's Tweet: https://twitter.com/munirhasanbasri/status/640873153871216640?s=09

Kesadaran yang memampukan

Seorang tanya, kok mau kerja sih mas ? "dengan lugas dijawab iyalah, karena butuh uang". Percakapan ini sederhana tapi bisa kita ambil maknanya, orang tadi bekerja karena butuh uang, uang telah diyakini hanya dapat diperoleh dengan kerja. Orang tersebut terus bekerja demi uang yang diinginkannya. Itulah kesadaran terhadap uang.
Bagaimana dengan orang yang sakit parah ? Apakah dia mau sembuh ? Pasti dia mau sembuh karena tidak mau mengalami sakit. Sadarkah orang ini ? Selama sehat dia tidak menyadari penting untuk hidup sehat, maka baru tersadarkan setelah sakit. Maka untuk sembuh dia melakukan apa saja. Itulah kesadaran untuk sehat.
Setiap hari seorang pengemis berharap mendapatkan belas kasihan orang lain. Sadarkah untuk bekerja ? Pengemis ini tidak sadar untuk bekerja untuk mendapatkan rezekinya, tapi dia sadar dengan belas kasihan orang lain itu mudah. Untuk itu dia berusaha berbagai cara agar bisa dikasihani.
Kesadaran yang sesungguhnya adalaha kematian. Ada dilakukan seseorang jika tahu dirinya segera mati ? Semua orang menjawab yang sama untuk berbuat baik terhadap apa yang telah ditinggalkannya atau meninggalkan kesadaran yang semu untuk kepentingan sesaat. Itulah kesadaran yang kita butuhkan.
Ternyata kesadaran kepada Allah menjadi kunci bagi kesadaran yang lain, kesadaran terhadap uang menjadi lebih mudah, kesadaran untuk sehat merupakan suatu anugrah, dan lainnya. Masihkah kita berpikir sebaliknya bahwa kesadaran untuk mendapatkan uang bisa memunculkan kesadaran kepada Allah, atau kesadaran menjadi sehat bisa membuat kita sadar kepada Allah ... Jawabannya belum tentu. Mari memotivasi diri kita untuk semakin sadar kepada Allah agar selalu dibimbing untuk menjalani keasadaran yang lainnya. Aamiin

Kehidupan di luar rumah

Banyak orang berpikir bahwa kehidupan di luar rumah menjadi bagian awal untuk membuat kehidupan di dalam rumah menjadi baik. Konsep bekerja seharian, berteman dengan berbagai aktivitas, dan yang membuat orang berlomba untuk terlihat baik dengan penampilan dan perilakunya. Bisnis asesoris dari kehidupan di luar rumah itu seperti perhiasan, pakaian, parfum, gadget, kendaraan dan sejenisnya menjadi berkembang pesat. Begitulah banyak orang memerlukan itu semua untuk penampilan demi menjaga hubungan baik dengan sesuatu yang di luar rumah.
Dan akibatnya adalah kelelahan lalu istirahat di rumah. Apa artinya ? Kehidupan sudah tidak lagi ditopang dengan kehidupan di dalam rumah dan rumah hanya sebagai tempat tidur alias hotel. Di dalam rumah sebenarnya sumber kehidupan, "jadikanlah rumah sebagai syurgamu". Di dalam rumah ada potensi besar untuk kebaikan kita, tapi kehidupan di luar rumah mengaburkan dan meniadakannya dengan menciptakan syurga dunia saja.
Oleh sebab itu hendaknya kita mulai berpikir bahwa kehidupan di dalam rumah itu harus diperbaiki dengan aktivitas yang berbasis kesadaran spiritual kepada Allah agar mampu memberi kebaikan di dalam rumah itu sendiri dan apapun yang kita lakukan di luar rumah. Aktivitas di luar rumah terjadi karena efek dari aktivitas di dalam rumah.
Insya Allah renungan ini menjadi bagian motivasi hidup untuk selalu menjadi diri kita semakin baik hari ini.

Sesuatu yang membiasa bikin hilang kesadaran

Setiap kali kita diminta untuk bisa sesuatu dan setelah itu kita pun wajib menjalaninya terus-menerus sehingga menjadi sebuah kebiasaan. Dan inilah citra diri kita. Sering bangUn pagi maka kita dikenal orang yang rajin bangun pagi, dan jika kita terlambat bangun pastilah banyak orang bertanya,"kok sibangun pagi belum bangun, ada apa ya ?" Kejadian sangat positif bagi kita yang bangun pagi karena adanya feedbak dan peringatan dari orang lain yang tidak kita bayar tapi mau melakukannnya.
Bagaimana sebaliknya yang tidak bangun pagi, rasanya kita sering memberi sebutan,"si malas yang bangun pagi" dan tidak kepedulian banyak orang untuk merubahnya. Dan si malas bangun pagi menjadi jarang dilibatkan dalam banyak hal.
Tapi hati-hati juga jika kita sudah biasa, ada gangguan yang membuat kita jadi malas karena sudah menjadi sebuah kebiasaan. Terkadang terlintas dalam pikiran,"nggak bangun sekali ya nggak apa-apa". Mengapa ini terjadi ? Karena kita membandingkan aktivitas bangun pagi kita dengan mereka yang malas bangun pagi dan seolah-olah kita menang. Maka kita pun sedikit mengeremnya.
Inilah kebiasaan yang menjadikan kita malas ... Hindari mengukur kepada yang tidak baik. Mengukur pada diri kita sendiri itu untuk semakin baik hari ini adalah yang terbaik. Kita bertanggungjawab dan menanggung resikonya. Orang lain hanya sampai berempati saja. Jika bangun pagi sudah menjadi biasa, maka yang perlu dilakukan adalah
1. Mengisi dan memaknai bangun pagi dengan berbagai aktivitas yang memberi kebaikan pada diri kita dan orang di sekitar kita.
2. Temukan hal-hal baru dari apa yang kita kerjakan dan bila perlu kita memperdalam apa makna yang sudah kita lakukan
3. Menambah ilmu dan pengetahuan agar selalu update
Jika kita melakukan 3 hal di atas, maka Insya Allah kita menjadi manusia yang selalu memberi kebaikan dengan kebiasaan kita.
Mari kita ciptakan diri kita dengan tindakan baik atau amal saleh atau akhlak baik sebagai kebutuhan hidup untuk semakin baik hari ini. Inilah motivatornya dan menjadi motivasi diri kita.

Doa yang menjadi biasa

Berdoa itu diajarkan sejak kecil untuk dihafalkan dan dibaca. Memang tak banyak orang yang tahu artinya dan maknanya. Doa bangun tidur bisa jadi kita tahu artinya, tapi belum tahu maknanya. Tidak ada kata waktu terlambat ... Sebelum ajal tiba.
Berdoa banyak hal yang bisa kita maknai ....
1. Implementasi iman kepada Allah sebagai perintah.
2. Menyadari bahwa kita adalah makhluk Allah dan semua milik Allah
3. Doa itu merupakan langkah untuk memohon izin dan dirahmati atas apa yang kita inginkan
4. Memotivasi diri untuk mengerjakan sesuai petunjuk Allah
5. Konsistenlah untuk melaporkan point 1 sampai 4 melalui komunikasi langsung, shalat dan doa
Doa dan ucapan yang baik seperti Bismillahi rahmani rahiim, dalam keseharian kita seringkali memperpendek doa itu menjadi Bismillah. Benar atau nggak, yang pasti diajarkannya dengan lengkap. Dan rasanya aneh jika kita tidak mengikutkan kata rahmani rahiim, maka membaca lengkap menjadi sempurna dan tertuju kepada Allah yang kita sifati yang sebenarnya rahman dan rahiim.
Mari kita belajar dan mempraktekkan (mengamalkan) mulai saat ini dan menyempurnakannya setiap saat.
Jadikan doa sebagai motivator kuat untuk menjalani hidup ini dengan sungguh-sungguh dan menekuni dengan mudah dan nyaman.

Doa yang menjadi biasa

Berdoa itu diajarkan sejak kecil untuk dihafalkan dan dibaca. Memang tak banyak orang yang tahu artinya dan maknanya. Doa bangun tidur bisa jadi kita tahu artinya, tapi belum tahu maknanya. Tidak ada kata waktu terlambat ... Sebelum ajal tiba.
Berdoa banyak hal yang bisa kita maknai ....
1. Implementasi iman kepada Allah sebagai perintah.
2. Menyadari bahwa kita adalah makhluk Allah dan semua milik Allah
3. Doa itu merupakan langkah untuk memohon izin dan dirahmati atas apa yang kita inginkan
4. Memotivasi diri untuk mengerjakan sesuai petunjuk Allah
5. Konsistenlah untuk melaporkan point 1 sampai 4 melalui komunikasi langsung, shalat dan doa
Doa dan ucapan yang baik seperti Bismillahi rahmani rahiim, dalam keseharian kita seringkali memperpendek doa itu menjadi Bismillah. Benar atau nggak, yang pasti diajarkannya dengan lengkap. Dan rasanya aneh jika kita tidak mengikutkan kata rahmani rahiim, maka membaca lengkap menjadi sempurna dan tertuju kepada Allah yang kita sifati yang sebenarnya rahman dan rahiim.
Mari kita belajar dan mempraktekkan (mengamalkan) mulai saat ini dan menyempurnakannya setiap saat.
Jadikan doa sebagai motivator kuat untuk menjalani hidup ini dengan sungguh-sungguh dan menekuni dengan mudah dan nyaman.

Kesadaran yang hilang

Setiap hari kita merasa sadar dengan kondisi kita. Tetapi apakah betul kita dalam kesadaran penuh kepada Allah ? Ada sebagian menjawab,"iya dong dan saya inget lagi ngapain". Saat bekerja saya inget kerja atau saya inget saat makan dan seterusnya.
Semua itu betul, tapi apakah Kita menyadari betul keadaan saat kita melakukan aktivitas ? Contoh sederhana adalah tentang bekerja ...
Saat kita bekerja pastilah kita tahu sedang kerja, tapi apakah saat bekerja itu kita merasakan semua keadaan saat itu ? Suasana ruangan kerja, proses pikiran kita berpikir dalam menyelesaikan pekerjaan dan sebagainya. Bisa jadi kita bekerja tetapi pikiran kita yang ada selalu bergantian mengerjakan, kadang serius bekerja dan kadang pula berpindah kepada jam kerja dengan segala kemacetannya, kadang bekerja dan kadang pula tertekan oleh target untuk menyelesaikan pekerjaan, dan banyak lagi. Apa yang kita rasakan setelah bekerja ? Begitu capek dengan hasil kerja yang tidak maksimal. Hal ini disebabkan oleh tidak sepenuhnya kita sadar dengan pekerjaan itu sendiri dan banyak pikiran atau bahkan tindakan yang berbeda.
Dapat kita tafsirkan dengan bekerja tanpa penuh kesadaran, yaitu emosi, pikiran dan khayalan tidak harmonis dalam melakukan pekerjaan. Kesadaran yang penuh memberikan kebaikan yang banyak bagi setiap orang yang mengerjakan ... Cenderung mendorong seseorang bekerja dengan baik dan bersemangat serta dilakukan dengan sungguh-sungguh. Saya sebut kesadaran ini adalah kesadaran kepada pekerjaan (sesuatu selain Allah) dan menjadi semakin baik dengan meningkatkan kesadaran itu kepada kesadaran kepada Allah ... Lakukan semua pekerjaan itu dengan niat hanya untuk Allah dan melakukan pekerjaan sesuai petunjukNya dan orang disekitar kita (bos atau anak buah) adalah media atau fasilitas yang diberikan Allah untuk bekerja. Dengan demikian hal itu merupakan pengabdian kepada Allah, itulah kesadaran kepada Allah (sadar spiritual).
Mau ? Sesuai janji Allah pasti benar, maka jadikan Allah sebagai motivator diri untuk selalu memelihara iman yang tidak saja dengan shalat dan ibadah lainnya tapi dapat dilakukan dalam setiap tindakan kita yang dalam hal ini bekerja.

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...