Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Tidak YAKIN maka menCOBA

Kita beraktivitas dalam sehari-hari lebih dipengaruhi oleh keyakinan, ada yang bilang "saya melakukan ini dan itu karena saya yakin" Benarkah begitu ? Ada benarnya. Mari kita uji pernyataan itu, apakah kita YAKIN dengan ibu dan ayah kita itu adalah orang tua yang sebenarnya ? Anda ya pasti lah. Tapi apakah Anda tahu bukti mereka orang tua kita ? Yang terlihat foto mereka masih mudah dan pernikahan. Bukankah foto belum cukup untuk membuktikan mereka adalah orang tua kita. Buktinya nyatanya adalah mereka menyayangi kita. Tunggu dulu, fakta itu juga tidak begitu kuat karena banyak juga orang tua selalu menyayangi anaknya (anak angkat/anak asuh). Kalau mau bukti ilmiah, pastilah kita bisa buktikan dengan test DNA. Apakah itu perlu dilakukan ? Perlu buat Anda yang penasaran. Tapi satu cara untuk membuktikannya dalah PIKIRAN kita yaitu YAKIN. Maka dengan kata YAKIN kita menganggap diri kita ini anaknya orang tua kita saat ini.
KeYAKINan yang sungguh-sungguh membuahkan dorongan dan dukungan bahkan pembelaan yang kuat dari otak emosi kita. Perhatikan saat orang tua kita diganggu orang lain, maka kita dengan tingkat emosi yang kuat pasti membela orang tua dan bisa jadi Intelektual kita dipacu untuk melakukan apapun agar apa yang sudah kita YAKINi menjadi tidak terusik. Tapi dalam beberapa kasus bisa lain, contoh kita yang biasa makan tempe maka begitu YAKIN bahwa tempe itu sehat. Bagaimana dengan penyajian makan yang tersedia ada tempe dan ada buntut ? Ada yang tetap makan tempe tapi ada juga yang COBA makan buntut. Mengapa Anda makan buntut ? Lebih karena penasaran dan berharap ada yang lebih baik. Maka sebuah keYAKINan bisa dikalahkan oleh rasa penasaran dan berharap yang lebih baik (enak dan nyaman). 
Contoh lain, jika kita sudah terbiasa dengan kehidupan keluarga yang harmonis, seringkali keYAKINan itu membuat rusak kehidupan keluarga. Kok bisa ? Dalam kasus ini keYAKINan terhadap keharmonisan keluarga sudah membiasa sehingga tidak ada rasa lagi dalam melakukan aktivitas berkeluarga dan sudah menjadi program otomatis. Disinilah anggota keluarga yang begitu YAKIN semua berjalan lancar dapat digoda dengan COBA. Bisa jadi bersosialisasi dengan media sosial merupakan awal yang baik (silaturahmi katanya) dan interaksi sosial tersebut memberikan harapan baru yang membuat Anda merasakan sesuatu yang lain. Lalu kondisi ini berlanjut dengan menCOBA aja ... satu kali OK, dua kali enak dan tiga kali enak juga. Hati-hatilah ternyata kata COBA berubah mengalahkan kata YAKIN dan yang berbahaya kata COBA bisa menjadi sebuah keYAKINan baru.
Melihat kondisi di atas, maka yang pasti perkuatlah dan selalu pelihara keYAKINan yang benar kepada Allah swt. Mengapa ? Karena keYAKINan kepada Allah itu pasti memberi keYAKINan yang baik dalam aktivitas kehidupan kita. YAKIN pada Allah swt, maka bisa menumbuhkan keYAKINan terhadap keluarga dan keYAKINan terhadap aktivitas lainnya ... kehidupan keluarga menjadi harmonis karena Allah swt yang mengizinkannya. IZINnya datang dari Allah swt karena kita YAKIN kepadaNYA.

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...